Waktunya Bertanya

Senin, 28 Oktober 2013. Tak perlu diberi tau ini hari apa, anak TK juga tau. Hari ini peringatan 85 tahun sumpah pemuda. Tak perlu juga ku beri tau bagaimana sejarahnya, aku yakin kalian lebih dari ingat serarahnya, iya kan. Isi sumpah pemuda? Pasti sudah hapal diluar kepala kan? Terus, ne tulisan isinya apaan?
Tulisan ini, sebenarnya berawal dari sebuah pertanyaan “pemuda dulu dan pemuda sekarang, apa bedanya?”. Jika kalian yang mendapat pertanyaan seperti itu, apa jawaban kalian? Tentunya beragam. Mungkin ada yang menjawab, beda jaman, beda nasib, beda generasi, beda dunia (?)
Pemuda dulu, mampu goncangkan dunia. Sumpah pemuda hanya sekelumit contoh kecil betapa hebatnya pemuda (dulu). Contoh pemuda hebat lain, salah satu tokoh favoritku, mahmed II atau Muhammad al Fatih, sang penakhluk Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin yang dijanjikan Rasulullah SAW. Usianya 21 tahun ketika ia memimpin ribuan pasukan untuk mengepung dan menakhlukkan Konstantinopel, sebuah kota yang telah lama menjadi incaran kaum muslimin. Kota yang selama berabad-abad terkenal terkenal dengan pertahannya yang tangguh, tak pernah jebol selama berabad-abad. Hari itu, 29 Mei 1453, bendera daulah Utsmaniyah berhasil dikibarkan di Konstantinopel. Kontantinopel jatuh ketangan Islam dibawah pimpinan al Fatih yang begitu belia, 21 tahun.
Apakah hanya pemuda? Lalu bagaimana dengan pemudinya? Lihatlah Aisyah binti Abu Bakar, diusianya yang masih belia, beliau setia mendampingi Rasulullah ikut berjuang bersamanya. Lihat Fathimah Az Zahra, istri khalifah Ali ibnu Abi Thalid dan Putri Rasulullah SAW. Tentu kalian kenal wanita-wanita hebat ini. wanita yang menorehkan tinta emas bagi sejarah Islam. Siapa lagi?
Di Indonesia, kita kenal Kartini, Dewi Sartika Rasuna Said. Berapa usia Kartini saat mulai membuka pengajaran? 22 tahun, Dewi Sartika 18 tahun. Rasuna Said sudah merasakan pengapnya penjara pada usia 22 tahun karena pidatonya mengecam pemerintah Belanda.
Itu pemuda pemudi (dulu), lalu pemuda pemudi (sekarang). Silakan Anda tanyakan sendiri pada om Google, berapa banyak pemuda pemudi Indonesia yang berprestasi, mengharumkan nama Indonesia di dunia Internasional. Contoh kecil, pertandingan piala AFF yang baru saja di gelar. Timnas U-19 berhasil lolos ke babak final tahun 2014  nanti. Membanggakan bukan? Siapa mereka? Kenal dengan Alexandra Asmasoebrata? Dia ini satu-satunya pembalap wanita Indonesia di kelas gokart maupun mobil formula. Berapa usianya saat memulai karier? 12 tahun. Hebat bukan?
Kembali ke pertanyaan diatas? Apa bedanya? Banyak. Namun ada satu hal yang perlu kita garis bawahi, pemuda tetap hebat sesuai zamannya. Pemuda zaman sekarang tidak mungkin hebat dalam penakhlukkan seperti al Fatih, namun ia bisa menakhlukkan dunia dengan cara lain, yang sesuai dengan zamannya. Setuju? Anda harus setuju :D
Sekarang, waktunya bertanya pada diri sendiri, pada Anda, pada Kalian yang merasa pemuda pemudi. Diusia kalian sekarang, apa yang telah dilakukan untuk berguna bagi sesama manusia?
 
***
Sekelumit coretan untuk menginsyafkan diri sendiri, betapa banyak waktu yang tersia-sia diusia ini. Semoga dapat menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih bermanfaat lagi bagi sesama. amiin...

Museum Jakarta in My Story


Ini merupakan rangkaian ceritera dari “liburan singkat” aku di lima kota di pulau jawa akhir Juli lalu. Pada part ini, ku ceritakan tentang petualangan ku di Ibu kota negara Indonesia tercinta, Jakarta. Ga semua sih, ini sekelumit ceritaku di Kota Tua Jakarta, tepatnya di Museum Wayang.
Cerita tentang kota tua dulu deh, dikit. Menurut mbak wikipedia sejarah kota tua berawal pada tahun 1526. Saat itu Fatahillah, dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di kerajaan Hindu Pajajaran. Pelabuhan ini kemudian dinamai Jayakarta. Kota ini hanya seluas 15 hektar dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.
Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur. Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia sampai sekarang.
Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekrit yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota, atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.
Pada masa janya dulu sekitar abad 16, kota tua ini mendapat gelar Permata Asia dan juga Ratu dari Timur dari para pedagang Eropa, karena kota ini dianggap sebagai pusat perdagangan Asia. Hal itu didukung dengan lokasinya yang strategis dan melimpahnya sumber daya alam. Selain itu, karena tata kotanya bergaya Eropa dan menyerupai Belanda, kota ini juga digelari the little of Amsterdam atau Amsterdam in the east.
Nah, salah satu tempat yang terdapat dikawasan kota lama yang sempat ku kunjungi adalah Museum Wayang. Sebagai anak sejarah, wajar kali yaa mainannya museum hehee. Dilihat dari tampilan luarnya, gedung museum ini terlihat layaknya gedung bergaya Eropa di daerah tropis, tinggi menjulang, dengan banyak jendela. Gedung Museum Wayang ini, menurut informan di sana, dulunya merupakan bangunan gereja yang dibangun sekitar tahun 1640an. Gereja ini bernama de Oude Holandsche Kerk. Gereja ini sampai tahun 1732 yang berfungsi sebagai tempat untuk peribadatan penduduk sipil dan tentara bangsa Belanda yang tinggal di Batavia.
Pada tahun 1733 gereja tersebut mengalami perbaikan, dan namanya dirubah menjadi de nieuwe Hollandsche Kerk dan berdiri terus sampai tahun 1808. Di halaman gereja ini, yang sekarang menjadi ruangan taman terbuka di bagian dalam Museum Wayang, terdapat taman kecil dengan prasasti-prasastinya yang berjumlah 9 buah yang menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut. Aku pun tersadar, ternyata ku foto didepan prasasti makam plus bekas makamnya pejabat-pejabat Belanda itu. Tapi setidaknya, bangga juga pernah”ziarah” ke bekas makamnya Jan Pieterszoon Coen. Si Coen inilah yang diperintahkan Heeren XVII untuk memakai nama Batavia untuk kota Pelabuhan Jayakarta. Kota Batavia yang dibangun oleh Coen diatas puing reruntuhan Jayakarta dengan membuat suatu kota tiruan sesuai dengan kota-kota di negeri Belanda.
Sebagai akibat terjadinya gempa, bangunan Gereja Belanda Baru itu telah rusak. Selanjutnya lokasi bekas Gereja tersebut dibangunlah gedung yang nampak sebagaimana sekarang ini dengan fungsinya sebagi gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co. Bagian muka museum ini dibangun pada tahun 1912 dengan gaya Noe Reinaissance, dan pada tahun 1938 seluruh bagian gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman Kompeni.
Sesuai besluit pemerintah Hindia Belanda tertanggal 14 Agustus 1936 telah ditetapkan gedung beserta tanahnya menjadi monumen. Selanjutnya dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) yaitu lembaga independent yang didirikan untuk tujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian.
Pada tahun 1937 oleh lembaga tersebut gedung diserahkan kepada Stichting oud Batavia (Yayasan Batavia Lama) dan kemudian dijadikan museum dengan nama de oude Bataviasche Museum (Museum Batavia Lama) yang pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer (22 Desember 1939). Namanya sepanjang kereta api men!
Sejak pendudukan Jepang dan revolusi kemerdekaan R.I. gedung museum ini tidak terawat. Maklumlah, semua pada sibuk perang, sibuk mempertahankan Kemerdekaan. Museum pun terabaikan sementara waktu. Pada tahun 1957 diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia ( LKI ) dan sejak itu nama museum diganti menjadi Museum Jakarta Lama.
Pada tanggal 1 Agustus 1960 namanya disingkat menjadi Museum Jakarta. Pada tanggal 17 September 1962 oleh LKI diserahkan kepada pemerintah R.I. cq Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pada akhirnya pada tanggal 23 Juni 1968 oleh Dirjen Kebudayaan Dep. Pendidikan dan Kebudayaan gedung museum diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan di gedung ini pula Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta berkantor. Dipindahtangankan mulu yaa.
Sejak kepindahan Museum Jakarta (sekarang Museum Sejarah Jakarta) ke gedung bekas KODIM 0503 Jakarta Barat yang dahulunya disebut gedung Stadhuis/ Balaikota, maka bekas gedung Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta kemudian dijadikan Museum Wayang. Gagasan didirikannya Museum Wayang adalah ketika Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin ketika menghadiri Pekan Wayang II tahun 1974. Dengan dukungan panitia acara tersebut, Gubernur DKI Jakarta dengan para pecinta wayang, Pemerintah DKI Jakarta menunjuk gedung yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 sebagai Museum Wayang.
Sebagai pendamping Museum Wayang didirikan Yayasan Nawangi dengan H. Budiardjo sebagai Ketua Umum. Selanjutnya Yayasan menunjuk Ir. Haryono Haryo Guritno sebagai pimpinan proyek pendirian Museum Wayang. Sesudah penataan koleksi wayang selesai maka pada tanggal 13 Agustus 1975 diresmikan pembukaan Museum Wayang oleh Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin. Museum Wayang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan dan Permuseuman di bidang pewayangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 134 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Okeh, udah tau sejarahnya museum wayang, saatnya kita ngulik-ngulik isinya yaa. Klo fasilitas yang tersedia disini, selain tempat koleksi wayang dipamerkan, ada ruang 3 D untuk menampilkan animasi wayang 3 D, ga kalah deh sama bioskop. Ada ruang pegelaran untuk berbagai pegelaran wayang, dari wayang kulit, wayang golek sampai wayang orang. Ruang Master Pieces dan pastinya ruang tata pamer. Yang mau sholat disini, tenang, didalam museum tersedia mushala yang cukup nyaman. Toilet nya juga nyaman. Selain itu dilengkapi juga dengan ruang kantor dan perpustakaan. Eh yang jualan marcendeas khas wayang juga ada, yahh buat oleh-oleh lah.
Cuss, ku cerita isinya ya. Buanyak buanget koleksi wayang yang dipamerin disini, not just wayang, but the aksesoris pengiring pertunjukan wayang juga. Maklumlah, kan kata om Brandess kan wayang yang sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak zaman prasejarah ini salah satu dari local geniusnya Indonesia. engg apa hubungannya ya?
Lanjut. Berapa jumlah persisnya koleksi wayang di museum ini, aku ga tau sih, ga sempat ngitung. Yang ku ingat nih. Wayang yang dipamerkan tu ada wayang kulit. Si wayang kulit ini terbagi dalam beberapa jenis. Ada yang namanya wayang kulit Purwa Ngabean dari Jogya. Wayang ini dibuat pada tahun 1917 oleh keluarga Ngabean, salah satu keluarga bangsawan di Yogyakarta yang terkenal arena memiliki koleksi wayang kulit, juga kediamannya menjadi salah satu pusat kesenian di Yogyakarta.
Wayang kulit Kyai Intan, merupakan prakarsa seorang tionghoa bernama Babah Palim dari Muntilan, Jawa Tengah. Dibuat pada tahun 1870. Wayang ini punya ciri khas tersendiri. Wandanya memang sama dengan bentuk standar wayang kulit Jogja. Bahan dasarnya kulit kerbau pilihan dengan ketebalan dan kehalusan kulitnya. Cat yang digunakan tidak sama dengan wayang sekarang, yaitu cat sakura. Wayang ini juga ditaburi intan batu yakut, makanya, dikasih nama wayang kulit kyai intan.
Wayang kulit Banjar pun ternyata ada di museum ini. wayang ini diperkirakan berasal dari pengaruh Islam di zaman kesultanan Demak pada abad ke-16 M. wayang banjar ini dikenal oleh suku Banjar di daerah Kalimantan Selatan, Tengah juga Timur. Bentunya tidak berbeda dengan wayang kulit purwa, namun bahan yang digunakan berbeda. Wayang kulit banjar menggunakan kulit lembu (sapi) dan pewarnaannya dari cat minyak/kayu, seperti misalnya cat glotek sebagai bahan pewarna yang utama. Tangkainya pun tidak terbuat dari tanduk kerbai seperti wayang purwa, namun dari bambu.
Yang paling aku suka itu Wayang Kulit Revolusi, tokoh wayangnya tu tokoh-tokoh pahlawan revolusi, trus ada juga none belande men, si pitung juga ade men. Oh ya, ada lagi, wayang ternyata tidak hanya identik dengan Jawa ataupun Islam. ada yang namanya Wayang Kulit Wahyu. Lakon atau cerita dalam Wayang Kulit Wahyu ini berasal dari Perjanjian Lama dan Baru. Masih buanyak lagi wayang kulit lainnya di museum ne, lengkapnya silahkan datang ndri kesana yee.
Selain wayang kulit, ada juga wayang golek. Tau kan wayang golek tu giman, yang kya si cepot itu loo. Ada wayang golek Elung Bandung yang menurut informan berasal dari tahun 1965 karya R.S. Prawiradilaga seorang budayawan asal Bandung dan Sulaeman Prawiradilaga (yang dikenal dengan Pa Sule, bukan sule preketiw yaa) seorang pensiunan Wedana. Wayang golek karya Pa Sule ini menggunakan bahan dasar kayu cendana. Next, wayang golek Menak Kebumen, cerita maupun penokohannya banyak terinpirasi dari ajaran agama Islam yang masuk ke tanah Jawa. wayang golek sendiri pertama kali dibuat sunan Kudus sebagai salah satu media penyebaran dan dakwah Islam di pulau Jawa. selain itu ada juga Lenong Betawi dan lain-lain dehh.
Next, ada wayang kategori unik, menurutku sih, yaitu wayang kardus yang dari namanya saja sudah ketebak terbuat dari apa. Ada wayang bambu, wayang seng, wayang tembaga etc.
Selain wayang, museum ini juga memiliki koleksi perlengkapan pertunjukan wayang. Seperti Gamelan Kyai Intan. Gamelan ini sebenarnya satu set dengan Wayang Kyai Intan, yang diprakarsai oleh Babah Poli dan dibuat oleh Ki Guno Kerti pada tahun 1870 di Muntilan, Jawa Tengah.
Juga ada blencong, nah, siapa pula si blencong ini? makhluk setengah dewa kah? Cuss kita kenalan. Dulu neh, sebelum yang namanya lampu listrik dikenal, pertunjukan wayang kulit menggunakan lampu penerangan pada layar/geber dengan memakai bahan bakar minyak kelapa yang diberi sumbu dari lowe atau benang kapas yang merupakan bahan untuk tenun pakaian. Nah, si lampu berbasis minyak itulah yang dinamakan blencong. Inget, blencong bukan bencong cin!
Selain wayang lokal dari dalam negeri tercinta Indonesia, ternyata di museum wayang ini juga ada wayang bule, wayang dari luar negeri maksudnya. Beneran, ada wayang dari negeri tirai bambu; China, trus ada juga dari kamboja. Ne wayang bentuknya kaya boneka, cantik tapi ada juga yang seram, bayangin aja film horor barat yang ada bonekannya. Wayang dari daratan eropa emang bentuknya kaya boneka, klo di Indonesia mungkin sejenis wayang golek. Ada banyak dari daratan Eropa, misalnya dari Prancis, Inggris, Belanda, Rusia dan sebagainya. Dari daratan Asia juga ada, misalnya ne, dari India, Thailand, Vietnam, dan lain-lainlah.
Untuk lebih lengkapnya silahkan anda kunjungi sendiri museumnya, okeh. Ga ada ruginya ko jalan-jalan ke museum. Senang sejarah, yang identik dengan masa lalu, bukan berarti ga bisa move on yaa. Ada satu qoute yang menarik “ past is a nice place to visit, but certainly not a good place to stay”. Iya,  berkunjung ke masa lalu itu menyenangkan, namun bukan untuk berdiam. Kita hanya berkunjung untuk belajar dari segala sesuatu yang pernah terjadi, agar di masa depan kita bisa menjadi manusia yang lebih baik.

Biarkan Ia Bebas, Sayang


Matahari terlalu cerah pagi ini. Garang menyengat setiap jiwa yang bergerak menunaikan kewajibannya. Memenuhi kebutuhan perut dia serta tanggungannya, entah itu anak, pasangan, orang tua, atau yang lainnya. Cuaca ini begitu kontras dengan beberapa hari yang lalu. Ketika kota seolah diselimuti duka. Awan kelabu tak lelah menaungi kota, hujan pun tak bosan membasahi setiap sudut jalanan. Penduduk kota pun lebih senang menghabiskan waktu dirumah bersama keluarga. Kebetulan ini musim liburan.

Seolah balas dendam beberapa hari tak dapat beraktifitas diluar rumah. Maka hari ini kota hidup kembali dari tidur panjangnya. Jalanan kembali ramai dengan lalu lalang mobil, kenderaan beroda dua, tak kalah sibuk angkutan umum yang menaikturunkan penumpang di tepian jalan. Toko serba pun sibuk melayani pembeli. Perkantoran kembali menggeliat dengan aktifitasnya. Taman kota pun tak kalah ramainya. Banyak anak yang memilih menghabiskan hari liburnya dengan berjalan-jalan di taman kota.
***
Dan itu juga yang kulakukan hari ini. Berjalan santai menyusuri setiap sudut taman, melempar batu ke danau buatan, memandangi anak-anak yang bermain di area khusus bermain anak, dan akhirnya terduduk dikursi taman dekat rumpunan bunga. Rumpun bunga aneka warna itu, selalu indah memandangnya. Kupu-kupu saja tak bosan terbang mengitarinya, sesekali hinggap pada kelopak bunga untuk mengisap madunya. Kumbang dan capung juga tak ingin kalah. Berkejaran menambah semarak taman.

Aku, gadis yang lahir dan menikmati masa kanak-kanak dikota ini. Aku baru saja kembali ke sini setelah sepuluh tahun menuntut ilmu di negeri seberang. Selama disana, jarang aku pulang. Selain karena jarak, orang tuaku juga tidak lagi tinggal di kota ini. Disini hanya ada kerabat dekat ayah ku.

Namun hari ini, aku kembali lagi ke kota ini. kembali menikmati kepakan sayap indah kupu-kupu di taman ini. Aku rindu. Rindu dengan kota ini dan segala kenangan yang tertoreh disini. Aku rindu menatap indahnya sayap kupu-kupu. Aku rindu melihat lincahnya capung beterbangan.

Kini, aku disini. Seperti enam belas tahun yang lalu. ketika itu usia ku enam tahun. Ayah mengajakku bermain ke taman ini. Aku selalu senang jika dia mengajakku ke sini. Kami akan berjalan menyusuri taman. Lomba melempar batu ke tengah danau. Ayah menaikkan ku ke ayunan dan mengayun dengan cepat sampai aku teriak ketakutan. Jika sudah lelah, ayah akan mengajakku duduk di kursi taman, menghadap rumpunan bunga.
***
Hari itu, aku merajuk pada ayah. Aku ingin sekali menangkap capung yang beterbangan, seolah menggoda ku untuk mengejar mereka. Ahda sayang, capung itu juga ingin bebas bermain, sama seperti Ahda. Ahda tidak suka kan jika dikurung dirumah, dilarang bermain? Lembut ayahku mencoba membujukku. Aku hanya diam tak bergeming. Hanya bibir ku yang bergerak membentuk kerucut. Capung juga makhluk Tuhan, Ahda. Ahda juga makhluk Tuhan kan? Seperti kata Ustadzah? Sesama makhluk Tuhan harus saling menyayangi Nak. Bukan menyakiti.

Ayah masih berusaha membujukku. Ahda sayang sama capung itu, Ayah. Makanya Ahda ingin bawa pulang. Biar Ahda jaga. Kan kalau dirumah dia ga akan kehujanan. Trus dia bisa main sama Ahda, Ayah. Sedikit terisaak ketika kalimat terakhir meluncur dari mulut kecil ku. Ayah hanya tersenyum lembut, Ahda sayang, sini dengarkan Ayah. Ayah berkata sambil mengusap air mata ku dengan tangannya. Ahda, menyayangi tidak harus memiliki, tidak harus bersama. Ahda sayang dengan capung itu kan? Aku mengangguk cepat. Capung itu sama seperti Ahda. Dia punya keluarga, punya teman-teman. Sekarang, coba Ahda bayangkan, kalau suatu hari Ahda diculik seseorang yang katanya sayang dengan Ahda. Dia memisahkan Ahda dengan Ayah dan Ibu. Apa Ahda senang? Cepat aku menggeleng, tak bisa ku bayangkan jika harus berpisah dengan ayah ibu ku. Begitu pula capung itu, Sayang. Dia tentu akan sedih jika harus berpisah dengan orang yang disayanginya.

Menyayangi tak harus memiliki, Sayang. Membiarkan dia bahagia itu juga bentuk rasa sayang mu. Biarkan ia bebas, Sayang. Kau tidak kehilangannya, Sayang. Kau masih bisa melihatnya, masih bisa bermain dengannya di sini,kan? Lihat, disana ada penjual es krim, Ahda mau? Akhirnya aku beranjak. Waktu itu aku tak paham dengan kata-kata ayah, hanya bujukan es krim yang membuatku berhenti merajuk.
***
Dan hari ini, aku benar-benar memahaminya Ayah. Kau benar, membiarkannya bebas beterbangan, jauh lebih baik dari memilikinya. Bukan lagi seekor capung, tapi sepotong hati. Ayah, aku menyayanginya entah sejak kapan. Mungkin sejak kami berkenalan dibawah pohon ketapang depan kampus. Atau sejak dia  mulai rajin bertanya kabar ku.

Dia, teman satu kampus ku. Namanya Alif, aku namanya ketika Orientasi mahasiswa baru. Kami mengenakan kalung identisas dari karton berukuran besar. Perkenalan resmi kami, ketika kami pulang dari perpustakaan kampus. Kami mengobrol banyak hal di bawah pohon ketapang depan kampus, bersembunyi dari terik matahari siang itu. Sejak obrolan itu, kami menjadi lebih akrab, karena ternyata kami berasal dari institusi pendidikan yang sama, namun berbeda tempat. Sekolah kami dulu ternyata satu yayasan, namun di cabang yang berbeda. Kesan pertamaku tehadapnya, dia lelaki yang menyenangkan sebagai teman. Dia cerdas, berkepribadian menawan, supel dalam bergaul, aktif dalam berbagai organisasi kampus.

Enam bulan pertama dikampus, dia selalu bisa menjadi teman yang menyenangkan. Menjadi tempat bertanya, menjadi teman berdebat, bahkan menjadi tutor ketika ku kesulitan menguasai materi kuliah. Selalu menyenangkan berinteraksi dengannya, walau tak jarang kami berdebat. Satu hal yang selalu memicu pertengkaran diantara kami, kami punya sifat yang sama. Keras kepala. Biasanya, pertengkaran tak akan berlangsung lama, selalu ada gencatan setelahnya.

Aku mulai tak nyaman berteman dengannya saat isue itu muncul. Kedekatan kami disalahartikan oleh teman-teman. Jujur, aku sangat tidak nyaman. Aku mulai menjaga jarak dengannya. Dia sempat menanyakan hal ini, kenapa Ahda berubah? aku hanya tersenyum dan bilang, tak ada yang berubah Alif, kau tetap temanku. Aku hanya tak nyaman dengan ocehan mereka. Alif memang teman yang baik. Dia juga mulai menjaga jarak dengan ku.

Tepat enam bulan sebelum hari ini, ketika kami menginjak semester akhir. Takdir mengakrabkanku lagi dengan Alif. Dalam sebuah proyek penugasan dari kampus, kami satu tim. Keakraban yang seakan membeku oleh waktu, kini mencair. Dia kembali menjadi Alifku yang dulu, dan aku menjadi Ahdanya.
Hari-hari seakan berkejaran. Waktu bergulir cepat. Proyek yang kami kerjakan selesai empat bulan kemudian dengan hasil yang gemilang. Dosen yang membimbing tim kami, puas dengan hasil yang kami capai. Empat bulan bekerjasama dengannya, seolah membuka banyak kebenaran yang selama ini ku pikir hanya khayalan teman ku.

Hari itu entah tanggal berapa, dia mengajakku jalan-jalan sekedar menikmati matahari sore. Dia tahu benar tempat favorit ku. tepi sungai yang teduh. Kami duduk didana, memesan es kelapa muda yang banyak dijajakan disana. Tanpa ku duga sebelumnya Alif mulai mengungkit kebenaran itu. Ahda, ika suatu hari nanti aku menjadi presiden negara ini, maukah Ahda menjadi ibu negaranya? Aku hanya tertawa mendengar pertanyaan itu. Dia hanya tersenyum, menatap ku lembut. ahh tatapan itu, mana mungkin ku lupakan. Maka bak air yang tak dapat dibendung, meluncurlah kata-kata penuh kejujuran itu. Manis terucap dari mulutnya. Getaran aneh menyerusup hati saat dia mengucapkan kata itu. Ayah, ini tak seperti ketika kau yang mengucapkannya

Sepanjang perjalanan pulang dengannya, rasanya menjadi perjalanan paling menyenangkan yang pernah ku rasakan. Dia sekarang teman dekat ku. Dia, Alifku. Dan aku, Ahdanya. Dia tetap menyenangkan, dan selalu menyenangkan. Sekarang, aku mulai belajar mengalah, meminimalisir keras kepala yang kadang berujung pertengkaran. Dia pun begitu. Semua berjalan indah.

Tepat sebulan sebelum aku berdiri disini, kami menghadapi ujian akhir. Ini merupakan rintangan terakhir ku dikampus. Sebentar lagi, aku akan menyandang predikat sarjana. Ujian yang benar-benar berat, karena ujian ini mengharuskan mahasiswa mengerahkan seluruh kemampuan yang didapatnya selama belajar di kampus ini.

Ujian ternyata tak hanya menyapa kehidupan akademis ku. Ujian juga menyapa aku dan Alif. Tak ada masalah yang berarti antara kami. Hanya saja, tiba-tiba seolah ada tembok kokoh diantara kami. Tembok tebal tanpa bisa kami tembus. Memisahkan kami di masing-masing sudut kehidupan.

Malam sebelum ujian di mulai, Dina datang ke kamar ku. Dia memang sahabat karib ku, juga temannya Alif. Dina yang biasa berwajah cerah, datang ke kamarku dengan wajah sendu. Tanpa ku minta, dia mulai bertutur. Tetang perasaannya, tentang keinginannya, tentang harapannya. Aku terdiam tak tau harus berkata apa. Karena dia menginginkan Alif. Dina bicara tentang perasaanya pada Alif.
 
Ahda, sepertinya dia juga menyayangi ku. dia begitu perhatian dengan ku dikelas. Apalagi waktu aku baru keluar dari rumah sakit. Dina memang sekelas dengan Alif, dan dia tak tahu kalau aku teman spesialnya Alif.
***
Sayang, jangan egois Nak. Berikan es krim padanya. Berbagi itu indah, Ahda. Kelak, kau akan menerima hal yang lebih indah dari hal yang kau berikan. Ayah, dia selalu mengajarkan ku berbagi. Dia mengajarkan ku melepaskan. Ayah tak pernah mengajarkanku merampas yang bukan milikku. Ayah tak pernah mengajarkanku menyakiti. Dan itu yang kulakukan, Ayah.

Banjarmasin, 6 Juli 2013.. Alyz,s first anniversary ^-^

Kesultanan Turki Utsmani


Oleh:
M. Fahroji
Ikrimah Laily
Khairun Nisa
A.    Perkembangan Turki Ustmani
Bangsa Turki Ustmani berasal dari keluarga Qabay, salah satu kabilah Al-Turky yang mendiami daerah Turkistan. Sulaiman adalah pemimpin yang membawa kabilahnya ke Asia kecil sesuai perang Milaz Kurd. Di tengah perjalanan Sulaiman meninggal dunia di daerah perbatasan Halb. Rombongan ini bingung dan kemudian pecah menjadi dua kelompok, satu pulang dan yang satu rombongan kembali melanjutkan perjalanan.
Kelompok yang melanjutkan perjalanan memilih anak Sulaiman sebagai pemimpin yaitu Arthogrol. Rombongan Arthogrol mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II dan saat itu sedang terjadi peperangan dengan Byzantium, maka Artghonol bersama rombongannya membantu pasukan tentara Alauddin. Akhirnya mereka memenangkan peperangan. Arthogrol dihadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Byzantium. Artghogrol berhasil memperluas wilayahnya ke wilayah Byzantium dan ini dibiarkan saja oleh Sultan Alauddin. Arthogrol terus membina wilayahnya dan daerah barunya, memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya. Tahun 1258 Arthogrol dikaruniai seorang putra yang diberi nama Ustman. Ustman inilah yang kemudian mendirikan Daulat Ustmani yang besar.
Tahun 1281 Arthogrol meninggal dunia Ustman pun naik tahta. Sultan Alauddin menyukai Ustman sama seperti menyukai ayahnya Arthogrol. Ustman diberi beberapa hak istimewa yaitu wilayah kekuasaannya diperluas. Setiap daerah yang ditaklukkan digabung dalam pemerintahan wilayahnya. Kemudian dia diperbolehkan mencetak uang sendiri dengan memakai namanya disamping nama Sultan Saljuki. Ustman diberi gelar dalam khutbah jum’at yaitu dengan “bey”. Ustman yang diberi anugerah yang besar oleh Sultan Alauddin yang menjadikannya seorang yang berkuasa penuh. Ia kemudian menjadi gubernur yang sangat penting di dalam kesultanan Saljuki. Ustman berhasil menaklukkan kota Qurah Hishar, milik imperium Romawi Timur dan menjadikan kota ini sebagai ibu kota baru pemerintahan Ustmani.
            Pada tahun 1299 Daulat Saljuki lenyap ditaklukkan oleh pasukan tentara Mongol pada tahun ini juga Sultan Alauddin meninggal dunia. Ustman kemudian memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama “Kesultanan Ustmani”, yang diambil dari namanya sendiri ustman. Atas pernyataan ini para pembesar Saljuki, pejuang yang menentang kehadiran Mongol, para sufi, sebagian para ulama dan bangsa Turki sendiri, memohon kepada Ustmani agar melindungi mereka dari kekejaman bangsa Mongol. Seluruh bekas kesultanan Saljuki menjadi wilayah kekuasaan Ustmani dan seluruh muslimin menyatakan tunduk, patuh dan memohon perlindungan kepadanya.
            Setelah Ustman wafat pada tahun 1326, Urkhan naik tahta. Tahun pertama masa pemerintahannya ia berhasil menaklukkan kota Broessa dan tahun 1327 berhasil menduduki kota Azmir, kemudian Thawasyanly 1330. Untuk menaklukkan kota Ankara yang di bawah pimpinan Panglima Sulaiman, putra Urkhan. Tahun 1354 pasukan Ustmani di bawah pimpinan Sulaiman   menyerang Ankara dan berhasil menguasainya. Masa Urkhan terbentuk tentara Inkisyariyyah atau jennissaries (tentara baru).
            Sultan Urkhan wafat pada tahun 1359 dan digantikan oleh putranya yaitu Murad I, kebijakannya adalah :
a. Mengkonsolidasi keamanan dalam negeri
b. Memadamkan pemberontakan di Asia Kecil
c. Menaklukkan Balkan
d. Tahun 1362 menaklukkan kota Adrianopel, dan tahun 1366 kota ini dijadikan ibu kota pemerintahan Ustmani
e. Menguasai Macedonia, Shopia, Salonia dan seluruh wilayah utara Yunani
            Tahun 1389 Sultan Murad I wafat ditikam serdadu Serbia yang pura-pura mati saat perang di Qaushah, tentara Ustman dapat mengalahkan tentara sekutu Kristen. Setelah wafatnya Sultan Murat I maka dipilihlah Bayazid I bin Murad sebagai penggantinya. Bayazid menuntut kematian ayahnya dengan menangkap raja Serrbia dan membunuhnya bersama pembantunya. Tahun 1390, Ala Syahr jatuh ke tangan Turki. Maka berakhirlah kekuasaan Byzantium di seluruh Asia Kecil. Bayazid I diberi gelar “khalifah” oleh penguasa Mesir, sebagai penguasa bekas Imperium Romawi Timur.



            Kejayaan Turki Ustmani di medan perang dan dengan cepat dapat mendarat di Eropa, membuat cemas dan gelisah hampir seluruh daratan Eropa. Inilah yang menyebabkan bangsa-bangsa Eropa bangkit dan berusaha untuk membendung gerakan ekspansi Turki Ustmani ke Eropa.
            Pasukan Kristen segera dibentuk yang dipimpin oleh Sijismond Raja Hongaria, tentara Perancis dan tentara Jerman. Mereka ini berhasil merebut beberapa kota. Sultan Bayazid yang saat penyerangan itu berada di Asia. Setelah mendengar berita itu, segera pulang dan bangkit menghadapi dan mengusir tentara Kristen. Bayazid dan pasukannya memenangkan peperangan ini dengan gemilang yang terjadi pada tahun 1396.
            Sedang giat-giatnya ekspansi Turki Ustmani dilakukan, ekspansi Mongol yang dipimpin Timurlenk mengancam kedaulatan wilyah Turki Ustmani yang ingin mengembalikan imperium Jengiskhan dan Hulagu. Sultan Bayazid menyadari bahaya ini, kemudian ia mengadakan penjagaan ekstra ketat dan menaklukkan daerah-daerah yang berbatasan dengan Asia Kecil yang dikuasai oleh para Amir.
            Tahun 1400 perang awal terjadi di daerah Siwas dan pasukan Mongol unggul. Tahun 1402 perang antara Mongol dan Tentara Ustmani di jantung kota Abad, dalam perang ini tentara Turki Ustmani mengalami kegagalan mempertahankan kota ankara karena semangat tepur tentara Ustmani lemah disebabkan karena orang-orang Mongol telah masuk agama Islam dan menurut tentara Ustman bertempur dengan sesama agama tidak baik.

B.     Kegemilangan Turki Utsmani
Penaklukan Konstantinopel terjadi pada tahun 1453 M oleh tentara Utsmani masa pemerintahan Sultan Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Penaklukan ke Konstantinopel terjadi karena Kaisar Byzantium,Konstantin IX telah mengancam Sultan Muhammmad II yaitu: “Bahwa bila mana Sultan Muhammad II tidak dapat melipatgandakan pajak tahunan yang biasa diberikan ayahnya, Murad II, kepada pemerintah Byzantium sebagai imbalan atas perlindungan Byzantium kepada pangeran Urkhan, cucu Sulaiman, maka Byzantium tidak segan-segan akan menghasut dan membantu Urkhan agar menuntut kursi kekhalifahan”. Dengan takluknya konstantinopel ke tangan Turki Utsmani ini maka lenyaplah Imperium Byzantium.
Muhammad II kemudian menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota kesultanan Turki dan mengubah namanya menjadi Islambol (Istambul sekarang). ia memerintahkan untuk membangun sebuah istana sebagai lambang kekuasaan islam disana. Istana ini kemudian dikenal dengan Istana Topkapi. Muhammad II juga membangun Kapili carsi atau Grand Bazar sebagai pasar terbesar dimasanya yang mampu menampung lebih dari 4000 pedagang. Dalam bidang pendidikan, Sultan membangun delapan madrasah yang mengajarkan pendidikan dasar sampai tingkat tinggi yang disebut Semaniyye.
Setelah menaklukkan Konstantinopel, Turki Ustmani berhasil menaklukkan Semenanjung Maura, Serbia, Albania, dan Italian, namun belum tidak berhasil menduduki Italian karena ia wafat. Setelah Sultan Muhammad wafat, ia berwasiat agar Jammun sebagai sultan penggantinya. Jammun adalah putranya yang terkecil, pengangkatan Jammun ini mendapat tantangan dari Bayazid II putra sulung. Yazid berhasil menggeser Jammun dan menjadikannya sultan.
Bayazid diakhir pemerintahannya mengangkat Ahmad sebagai putra mahkota, tapi ditolak oleh putranya yang kedua Salim. Salim berhasil naik tahta dengan meracuni ayahnya hingga meninggal. Sultan Salim berambisi untuk melebarkan sayap kesultanannya di Asia, tapi mendapat rintangan dari Mesir dan Syiria, sebelum menguasai Persia.
Turki Utsmani menyerang Mamalik di Marj Dabiq pada tahun 1516 M, dan pasukan Utsmani berhasil memukul mundur pasukan tentara Mamalik Mesir. Sultan Mamalik mati terbunuh dalam pertempuran tersebut. dengan demikian maka Syiria dapat ditaklukkan. Peperangan dilanjutkan dengan sultan Mamalik yang baru, Thouman Bey. Perang ini dikenal dengan nama Ar Ridaniyyah yang terjadi dipintu gerbang kota Kairo tahun 1517. Dalam peperangan ini, pihak Utsmani mengalami kemenangan.
Masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni atau Sultan Sulaiman Agung, Turki Utsmani mencapai masa keemasannya. Pada masa ini, wilayah imperium Turki Utsmani membentang meliputi wilayah yang sangat luas, baik di Eropa maupun di Asia dan Afrika. Masa Sulaiman Al-Qanuni, Belgrado dan Pulau Rhodes dapat diduduki, yakni dalam tahun 1522 M. Tahun 1526 M, Utsmani berhasil menduduki Buldafes (Hongaria).
Pada paruh kedua abad XVI gerakan ekspansi Utsmani berhenti karena terjadi perebutan kekuasaan diantara para putra Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Kemudian sesudah itu, Turki Utsmani menjadi ajang penyerbuan pihak musuh dan pihak Turki henya bersifat defensif sampai akhirnya dibuat tak berdaya menghadapi musuh. Sehingga berbagai wilayah Imperium Turki Utsmani makin hari makin melepaskan ikatannya dengan Turki Utsmani. Turki kemudian mendapat julukan the sickman of Europ.


C.    Kebudayaan Turki Utsmani
Menurut Dr. Phillip K. Hitty dalam bukunya History of Arab bahwa kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dari kebudayaan yang ada di Turki Utsmani yaitu bersumber dari kebudayaan Persia, kondisi alam Asia Tengah yang membentuk kepribadian dan karakteristik mereka, perpaduan dengan kebudayaan Byzantium, dan dari Bangsa Arab.
Sultan Utsmani berkuasa secara mutlak (absolut) dan diktator. Seorang sultan biasanya mempunyai beberapa gelar yang menunjukkan kekuatan atau kekuasaannya. Karena sultan berkuasa secaca absolut, maka pertumpahan darah seakan sudah biasa. Tak jarang terjadi perselisihan antara ayah dan anak atau sebaliknya karena urusan tahta.
Putera mahkota dan dalam sistem pemerintahan Turki Utsmani adalah putra sulung sulta. Keadaan ini terus berlangsung sampai masa Ahmad I. Sejak saat itu putra tertua bukan lagi putra sulung sultan melainkan keluarga yang tertua usianya atau yang paling dekat tali kekerabatannya dengan kakek pertama. Hanya saja dalam prakteknya yang menjadi sultan adalah yang terkuat diantara mereka.
Dalam roda pemerintahannya, sultan dibantu oleh: Al Shadr Al Adham (perdana menteri), Gubernur (Pasya) sebagai kepala daerah tingkat I, dan Bupati (Alsanazing atau Al Alawiyyah). Ketiga jabatan ini diperoleh dengan memberi hadiah yang besar kepada para pejabat yang berada diatasnya.
Luasnya wilayah Imperium Utsmani, tentu memerlukan tenaga administrasi yang banyak pula. Bangsa turki sendiri menjadi minoritas diwilayang yang begitu luas tersebut. karena itu diperlukan bangsa lain untuk memduduki berbagai jabatan dalam administrasi pemerintahan, mereka umumnya memilih orang Eropa.
Pola kebijakan pemerintahan Turki Utsmani di bidang agraria mengikuti pola kebijakan pemerintah Byzantium, dengan tetap memberlakukan Undang-Undang Agraria (Al Nidlam Al Iqtha) warisan Byzantium.
Pada awalnya, tentara Utsmani dari segi susunan organisasinya kurang rapi, maka dibentuklah tentara dengan memilih dan melatih tentaranya dengan ketat. Tapi setelah mereka ini bibentuk ternyata mereka lupa akan tugas mereka yang sebenarnya sebagai tentara. Kemudian oleh Urkhan dibentuklah tentara dari orang-orang non Turki.
Penguasa Turki cenderung mengambil orang-orang kristen yang telah berpengalaman dan telah terbiasa dengan organisasi semacam ini. kemudian atas pertimbangan agama, mereka kemudian mengambil anak orang Nasrani untuk dididik dan diarahkan agar masuk Islam. mereka dilatih dengan keras. Dari mereka inilah terbentuk asal pasukan Jenis-saries Inkisyariyyah (Tentara Baru).
Seni arsitektur yang paling dianggap artistik adalah mesjid Aya Shopia di konstantinopel. Mesjid yang awalnya gereja ini mejadi mesjid raya pasca penaklukan konstantinopel oleh Muhammmad Al-Fatih. Seni arsitektur Usmani memang erat kaitannya dengan keagamaan. Tidak ditemukan seni arsitektur seumapama seni pembuatan jalan atau bendungan.
Constantine


C. Kemunduran Kerajaan Usmani
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanini wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagian sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Salim II (1566-1573 M). di mana pemerintahannya, terjadi pertempuran antara armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini, Turki Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musu. Baru pada masa sultan berikutnya, sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat di rebut kembali.
Walaupun sultan Murad III (1574-1595 M) berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa nafsunya, kerajaan Usmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabzir, ibukota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593. Namun, kehidupan moral sultan yang  jelek menyebabkan timbulnya kekecawan dalam negri. Kekacawan ini makin menjadi  pengganti murid III, yang membunuh semua saudara laki – lakinya brjumlah 19 orang dan menenggelamkan  janda – janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul krajaan usmani. Meskipun Sultan Ahmad I (1603-1617M), pengganti Muhammad III, sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negri, tetapi kejayaan kerajaan usmani di mata bangsa-bangsa Eropa sudah mulai memudar. Sesudah sultan ahmad I (1603-1617M), situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (masa pemerintahannya yang pertama (1617-1618 M) dan kedua, (1622-1623 M). karena gejolak politik dalam negri tidak bisa di atasinya, diganti oleh Usman II (1618-1622 M). namun, yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu memperbaiki keadaan. Dalam situasi demikian, bangsa persia bangkit  mengadakan perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Usmani sendiri tidak mampu berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah persia tersebut. Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai di usahakan oleh Sultan Murad IV (1623-1640 M).  Pertama-tama, ia mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan. Pasukan Jenissari  yang perah menummbangkan Usman II dapat  dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil menjernihkan situasi negara secara keseluruhan.
Situasi politik yang sudah mulai membaiki itu kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim (1640-1648 M), karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini, orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekelahan itu membawa Muhammad Koprulu (berasal dari kopru dekat Amasia di Asia Kecil) pada kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana mentri) yang diberi kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan mengkonsolidasikan stabilitas  keuangan negara. Setelah koprulu meninggal (1661 M),  jabatanya dipegang oleh anaknya, Ibrahim. Ibrahim menyangka bahwa kekuatan meliternya sudah pulih sama sekali.  Karena itu,  ia menyerbu Horangia dan mengancam vienna. Namun, perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut . Pada mesa-masa selanjutnya, wilayah Turki Usmani yang luas itu  sedikit demi sedikit terlepas dari kekuasaannya , direbut oleh negara-negara Eropa yang baru mulai membangun. Pada tahun 1699 M, terjadi “perjanjian karlowith” yang memaksa sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg dan Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Venetia. Pada tahun 1770 M, tentara Rusia mengalahkan armada Kerajaan Usmani di sepanjang Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III tahun (1757-1774 M) yang segara dapat mengkosolidasi kekuatannya.
Sultan Mustafa III diganti oleh saudaranya, Sultan Abd Al-hamid (1774-1789 M), seorang yang lemah. Tidak lama setelah naik tahta di Kutchuk Kinarja, ia mengadakan perjanjaian yang dinamakan “perjanjian kinarja” dengan Carherine II dari Rusia. Isi perjanjian itu antara lain : Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam Keoada Rusia yang memberi izin kepada armada rusian untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Putih, dan Kerajaan Usmani mengakui kemerdakaan Kirman (crimea).
Demikian proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Usmani selama dua abad lebih setelah ditinggal Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai paroh pertama abad ke-19. Oleh karena itu, satu per satu negeri-negeri di Eropa yang pertama di kuasai Kerajaan ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan Kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak. Di Mesir, kelemahan-kelemahan Kerajaan Usmani membuat Mamalik bangkit kembali. Di bawah kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M, Mamalik kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari perancis tahun 1798 M. Di Libanon dan Syria, Fakhr Al-Din, seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai Palestina dan Pada Tahun 1610 M, merampas Ba’albak dan mengancap Damaskus. Fakhr Al-Din baru menyerah tahun 1635 M. di Persia, Kerajaan Safawi ketika masih jaya beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap kerajaan Usmani dan beberapa Kali ia keluar sebagai pemenang. Sementara itu, di Arabia bangkit kekuatan baru, Yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abd Al-Wahhab yang di kenal dengan gerakan Wahhabiyah dengan penguasa lokal Ibn Sa’ud. Mereka Berhasil Menguasai beberapa daerah di Kerajaan Usberkuasa di Mesir, sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari perancis tahun 1798 M. Di Libanon dan Syria, Fakhr Al-Din, seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai Palestina dan Pada Tahun 1610 M, merampas Ba’albak dan mengancap Damaskus. Fakhr Al-Din baru menyerah tahun 1635 M. di Persia, Kerajaan Safawi ketika masih jaya beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap kerajaan Usmani dan beberapa Kali ia keluar sebagai pemenang. Sementara itu, di Arabia bangkit kekuatan baru, Yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abd Al-Wahhab yang di kenal dengan gerakan Wahhabiyah dengan penguasa lokal Ibn Sa’ud. Mereka Berhasil Menguasai beberapa daerah di jazirah Arab dan sekitarnya di awal Paroh kedua abad ke-18M. Dengan demikian, pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Kerajaan Usmani ketika ia sedang mengalami kemunduran, bukan saja terjadi di daerah-daerah yang tidak beragama Islam, tetapi juga di daerah-daerah yang berpenduduk Muslim. Gerakan-gerakan seperti itu terus berlanjut dan bahkan menjadi lebih keras pada masa-masa sesudahnya, yaitu pada abad ke-19 dan ke-20 M. di tambah dengan gerakan pembaharuan politik di pusat pemerintahan, Kerajaan Usmani berakhir dengan berdirinya kerajaan Republik Turki pada tahun 1924 M.
Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan usmani mengalami kemunduran, di antaranya adalah :
1.      Wilayah kekuasaannya yang sangat luas
2.      Heterogenitas Penduduk
3.      Kelemahan para penguasa
4.      Budaya Pungli
5.      Pemberontakan tentara Jenissari
6.      Merosotnya Ekonomi
7.      Terjadinya Stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Teknologi

DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K.. 2008. History of The Arabs. Terjemahan R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2008
Noor, Yusliani. 2010. Timur Tengah (Asia Barat Daya) Dalam Panggung Sejarah. Banjarmasin: tanpa penerbit
Siauw, Felix Y.. 2013. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta: AlFatih Press
Usmani, Ahmad Rofi’. 2011. Dari Istana Topkapi Hingga Eksotisme Mesjid Al-Azhar. Bandung: Mizania
Wikipedia. Kesultanan Utsmaniyah. Diambil pada 24 April 2013 jam 21.45 WITA dari http://id.wikipedia.org
Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers

Mengintip Hulu Sungai Selatan Masa Praaksara (sebuah catatan di hari ulang tahun)

Jreng jreng jrengggg… Syelamath Ulang Tahun kabupaten ku yang manis dan indah, Hulu Sungai Selatan.. Roma atau Paris, indah Kandang...