Inilah mengapa, belanda tidak mau beranjak dari Surga Cendrawasih


Minggu lalu, aku mendapat tugas untuk menelusuri sebab musabab belanda begitu keukuh tidak ingin Irian bagian barat bergabung dengan Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia. Pada saat pertanyaan ini terlontar, yang ada dibenakku tentu saja karena Irian itu kaya. Pulau nya sendiri adalah pulau terbesar ke dua di dunia, setelah greenland. Dua puluh dua persen Wilayah indonesia adalah wilayah ini.
Belum lagi letak geografisnya. Pertama, dia ada di wilayah khatulistiwa dengan hutan tropis yang tentunya kaya denga segala sumber daya alamnya. Lalu, daerah ini juga potensial sebagai daerah peluncuran roket untuk pengangkut satelit. Roket akan lebih menguntungkan jika diluncurkan di daerah khatulistiwa, karena akan cepat mengorbit dan tentunya menghemat bahan bakar serta biaya. Masih seputar lokasi, Irian bagian barat di kuasaai belanda, lalu di bagian timur sebelah utara ada Jerman dan di selatannya ada Inggris. Di australia yang merupakan tetangga dekat Irian, berkuasa Inggris. Lalu di Timor ada portugis. Rasanya, tidak mengherankan belanda begitu ngotot ingin menguasaai pulau ini.
Dari pada menduga-duga, akhirnya aku mulai mencari bahan bacaan tentang tanah surga ini. Aku teringat sebuah syair yang entah dinyanyikan siapa “kami tidur di atas emas, berenang di atas minyak, tapi bukan kami punya. Kami hanya menjual buah-buah pinang Jika dilihat hari ini, cukuplah syair itu menggambarkan kehidupan rakyat papua.
Tenyata, bangsa eropa mulai menginjakkan kaki di pulau kepala burung ini pada awal abad 16, ketika orang-orang portugis dan spanyol memulai ekspedisi ke wilayah timur Indonesia untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah. Namun kemudian, Hindia Belandalah yang berhasil menguasai daerah ini.
Pemerintah Hindia Belanda mendirikan benteng Fort de Bus di teluk Trinton pada tahun 1828. Saat benteng ini diresmikan pada 24 Agustus 1828, komisaris pemerintah Belanda A.J. van Delden atas nama Raja Willem I memproklamasikan Niew Guinee sebagai milik Kerajaan Belanda. Sejak saat itu, kekuasaan belanda semakin kuat bercokol di wilayah ini. sebenarnya, tujuan utama dari pendirian benteng ini adalah menghadang kekuatan eropa lain mendarat di Irian Barat.
Awalnya, belanda tidak terlalu memperhatikan wilayah ini. wilayah ini dikuasaai hanya untuk memperluas wilayahnya dan untuk menghalangi kekuatan eropa di pulau ini. Belanda menilai wilayah ini kurang menguntungkan secara ekonomi. Masyarakat yang tinggal di wilayah ini masih hidup di “zaman batu”. Bahkan, pada tahun 1920 an ketika meletus pemberontakan dari pihak PKI, wilayah ini (digul tepatnya) menjadi tempat pembuangan tahanan.
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu provinsi Kerajaan Belanda. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda.
Kembali ke pertanyaan semuala, Apa sebenarnya yang menyebabkan Belanda begitu berat melepaskan wilayah ini? sebuah wilayah yang pada awalnya tidak terlalu mendapat perhatian dari belanda sendiri..
Usut punya usut, jadinya benang kusut, heheee.. Alasannya kembali ke sejarah. Ini ciyuus loo. Coba lihat peristiwa tahun 1936. Cek it out!!
 Tahun 1936 ketika peneliti asal belanda yaitu Dr.A.H. Colijin, J.J Dozy, dan H Wissel mencapai gunung gletser dan menemukan Ertesberg. Tahun itu juga, geolog Dr.C Shouten menyimpulkan bahwa kawasan Carstenz (kawasan puncak pegunungan bersalju di pegununan jaya wijaya sekarang) mengandung tembaga. Eitss tunggu dulu, tembaga itu selalu punya teman, dan temannya itu EMAS . . . woww (eitss aku ga minta kamu bilang wow yaa )
Tapi ternyata, hal ini tidak dianggap penting sampai pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.
Nahh, karena tertarik dengan laporan berdebu itu lah, pada tahun 1960 diadakan ekspedisi kedua ke gunung Ertsberg papua. Ekspedisi ini dilakukan oleh  Forbes Wilson dan Del Flint. Tujuan dalam ekspedisi ini adalah untuk membuktikan kebenaran dari perkataan Jan van Gruisen dan Geolog Dr.C. Shouten bahwa dikawasan ertsberg mengandung tembaga. Didalam ekspedisi ini wilson menemukan sesuatu yang bukan wow, tapi nyaris membuatnya gila. ternyata disana selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut juga dipenuhi EMAS dan PERAK. Menurut dia seharusnya gunung tersebut diberi nama Gold Mountain, bukan Gunung Tembaga. Ckckckkkk.... tidak salah kan kalau ku bilang tanah surga.
Eitts masih ada lagi.. Bukan hanya emas, perak dan tembaga. Bumi cendrawasih ini ternyata juga kaya dengan dengan sumber energi yang lagi diperbutkan dunia. Yupzz minyak bumi serta gas alam. Belum lagi kekayaan hutan papua. Kekayaan alam papua ini tentu sangat menggiurkan siapa pun sehingga ingin memilikinya. Wajarlah, jika belanda susah untuk melepaskannya.
Mau tau alasan lainnya? Klo yang satu ini sih “belanda bangetzz”. Belanda menganggap wilayah ini “berbeda” dari wilayah lain di Indonesia. Jadi, belanda ingin menjadikan papua bagian barat sebagai negara yang terpisah dari Indonesia. Intinya adalah politik devide et empera agar dapat menguasai Indonesia kembali. Belanda banget kan??!
Kira-kira apa alasan lainnya yaa?! Apa mungkin belanda jatuh cinta dengan Irian? Bisa saja sihh... kan kata orang cinta itu ga mengenal siapa yang di jajah dan siapa yang menjajah.. wah, mulai ngawur nihh..
Terakhir, bagi teman-teman ku tercinta, yang kebetulan nemu tulisan ini sebagai bahan tugas., JANGAN PERCAYA seratus persen yaa.. percaya nya dikit aja, banyak ngawurnya sihh,, okeh??!! Luph u all, HCrew ’10 . . . specially, to the M**,,, ummm . . . I don’t know what must I say :) not only me, u, or they.. everyone hurt when its change, honey... Seni çok özledim! Seni seviyorum!!!!!!
In the Jungle(?), 08 Desember 2012

On Diary


Mekkah, 19 Agustus 2012
Takbir memenuhi kota suci ini. Langit lazuardi seakan ikut merayakan kemenangan umat muslim setelah sebulan berpuasa. Lautan manusia memenuhi mesjidil haram. Ada haru menyelinap halus, saat gemuruh takbir menyentuh gendang telinga. Ada kerinduan yang membuncah teringat kampung halaman. Ada rasa yang tak dapat diungkapkan dengan kata, hanya aliran sungai kecil dipelupuk mata yang mewakilkannnya.Ini Ied terindah yang pernah ku alami selama hidupku. Ini juga hadiah ulang tahun terindah yang pernah kuterima.
Usai shalat Ied, didepan ka’bah dibawah hangatnya mentari pagi, seketika hati ku tersentak. Khotbah Ied itu, terasa pecutan cambuk yang membangunkanku. Ia menyadarkanku, aku salah. Iya, aku begitu salah. Aku salah mencintainya.  Bukan, rasa cinta itu tak pernah salah, hanya caranya yang salah, waktunya yang salah. Aku belum boleh mencintainya, dengan cara ini dan saat ini, karena aku belum halal untuknya.

Kandangan, Juli 2012
Rasa takut itu menyelinap hadir, diantara ramainya bahagia yang tengah kurasa. Takut, jika suatu saat ku akan kecewa. Takut, jika suatu saat aku akan terluka. Takut, jika harus merasakan kembali, sakit yang pernah kurasa dua tahun yang lalu, ketika dikecewakan. Namun, rasa takut itu akhirnya tersingkir dengan buaian bahagia. Aku bahagia, karena aku pun menyayanginya.

Jedah, 4 Agustus 2012
Akhirnya, aku benar-benar meninggalkan tanah air. Artinya, aku berpisah darinya. Hanya 15 hari, tapi ada sedih yang membuncah. Pesan singkat yang kuterima darinya, menambah sedih yang kurasa. Namun, ini tak boleh menghalangi ku. Tujuan utama ku mendatangi negeri ini, hanya untuk ibadah.

Banjarmasin, 4 September 2012
Hari pertama kembali menginjakkan kami di kampus. Pertama melihatnya setelah sekian lama tak bertemu. Bimbang kembali menghampiri, benarkah yang terjadi ini? Tak takutkah engkau?

Meja daging, 7 November 2012
Tanpa terasa, sudah hampir empat bulan aku bersamanya. Sebenarnya, aku ingin membuat kejutan hari ini, tapi ternyata aku yang terkejut. Kecewa rasanya, mengetahuinya dari orang lain. Andai saja dia jujur, mungkin tak akan sekecewa ini. Selalu ada kesempatan kedua, tati tak akan pernah ada yang ketiga.

Ruang baca, 20 November 2012
Lagi-lagi, aku mendengar berita tak enak ini. Dia “ngedate” dengan seseorang, parahnya aku melihat fotonya. Sebuah foto yang diambil oleh seorang teman yang mungkin tak ditunjukkan untuk membuatku marah. Kembali aku berfikir, kenapa dia yang katanya menyayangiku, namun kembali mengecewakanku. Aku tau, pasti ada alasan kuat darinya. Tapi kenapa, dia tak mau jujur padaku sementara dia tau aku akan kecewa jika seperti ini.
Memori Ied di depan ka’bah terasa berputar kembali. Iya, aku salah dan mungkin inilah saatnya aku mengakhiri kesalahan ini. Akhirnya kuputuskan, aku tak akan kecawa lagi karenanya. Dia boleh melakukan apapun, terserah padanya, karena aku bukan orang yang bisa kau panggil sayang lagi.

Creamy room, 23 November 2012
Duhai sang penyayang, ternyata aku masih menyayanginya. Namun aku berjanji, tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku akan tetap mencintainya, dalam diamku. Aku akan terus menyayanginya, dalam lantunan doa tiada putus, dalam sujud tiada bosan. Biar ku titipkan rindu, pada pemilik hati ini. sampai nanti, aku halal bagimu. Namun, jika kau bukan orang yang akan menjadi imamku, tak apa, semoga imamku nanti yang terbaik bagi ku, dan semoga orang yang menjadi makmummu adalah orang yang baik bagimu.

Mengetahui, lalu memahami


 “Dalam klasifikasi prilaku belajar, kita menggunakan taksonomi bloom, kita mengenal ada tiga ranah atau domain. Ranah tersebut adalah kognitif, afektif, dan psikomotor. Nah, dalam setiap ranah terbagi lagi dalam beberapa tingkatan kemampuan. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu mengetahui, memahami, aplikasi, analisa, sintesa, evaluasi....” Dosen ku terus menjelaskan sambil sesekali menulis pada whiteboard dan berdialog dengan mahasiswanya.
Diakhir perkuliahan, aku melihat kembali hasil coret-coret ku selama kuliah tadi. Disana tertulis “mengetahui” baru kemudian “memahami”. Tiba-tiba, flashback dua tahun lalu terasa memenuhi kepala ku. Saat itu, eyang tercinta (miss u eyang :-*) menjelaskan konsep ini dengan cara yang berbeda. Beliau menjelaskan dengan mencontohkan. “Mengetahui: bu sri cantik. Memahami: mengapa bu sri cantik?. Aplikasi: bagaimana supaya cantik seperti ibu sri?. Analisis: apa latar belakang bu sri cantik?. Sistesis: adakah hubungan bu sri cantik dengan disiplin?. Evaluasi: adakah kebaikan dan keburukan bu sri cantik?”. Sampai saat ini, aku masih mengingatnya.
Kita harus mengetahui terlebih dalu, agar kita bisa memahami. Sedikit kesimpulan yang ku tarik sendiri. Jika dipikir-pikir, tidak salah juga. Bagaimana kita bisa memahami suatu perkara jika kita tidak pernah mengetahui perkara itu. Begitu juga dalam memahami seseorang. Bagaimana mungkin kita bisa memahami seseorang jika kita pernah tahu dan mengenal orang tersebut.
Ternyata salah, ketika kita memaksa orang lain untuk memahami dan mengerti kita, tanpa mereka tahu apa yang membuat mereka harus pahami. Beranalogilah dengan diri sendiri. Kita akan sulit memahami orang lain, tanpa tahu mengapa. Mungkin kita bisa memahami dengan alasan tertentu –sayang misalnya- namun, memahami tanpa mengetahui itu tak jauh berbeda bengan membeli kucing dalam kotak (ga jaman pake karung hehee). Kita hanya dapat menebak, apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana (5W 1 H dunk). Syukur-syukur jika kita berkhusnuzhon, semua mungkin akan baik-baik saja. Namun, yang namanya manusia terkadang muncul pula pikiran yang tidak-tidak. Jika hal ini yang terjadi, kita yang akan terganggu. Selain dosa tentunya, pikran yang tidak-tidak tentu akan mengganggu. Pada level tinggi, dapat mengakibatkan stress. Dan jangan sampai berlanjut ke rumah sakit jiwa. Belum lagi ketika kita tahu, apa alasan sebenarnya kita harus memahami. Ketika kita berbaik sangka, lalu tau alasan sebenarnya. Jika alasannya sesuai prasangka tak masalah, namun jika alasan itu melenceng jauh. Entah seberapa hancur perasaan ini L. Begitu pula sebaliknya, saat kita sudah kacau dengan pikiran macam-macam, lalu tahu alasannya. Akan sangat lega mengetahuinya jika tidak seperti yang dipikirkan. Namun level kekacauan pikiran akan bertambah ketika alasannya seperti yang diduga.
Jadi intinya, jangan pernah memaksa orang lain untuk memahami anda, tanpa alasan yang membuat mereka tahu dan mengerti mengapa harus memahami anda. Ketika anda  terpaksa harus memahami orang lain tanpa tahu apa alasannya, berbaiksangkalah. Apapun yang terjadi kemudian, tersenyum lah. Agar anda bebas dari rumah sakit jiwa J.

Sedikit nasehat untuk diri sendiri, yang kadang terlalu berharap bisa dipahami olehnya.
Ditulis dengan inspirasi dari dosen-dosen hebat yang dengan suka rela berbagi ilmu pada kami, mahasiswa history crew ‘10.
Banjarmasin, 23 Oktober 2012

Inilah Borneo ku (?)


Jum’at, 1 Juni 2012, bertepatan dengan hari lahirnya pancasila

Syukurlah, perkuliahan untuk semester ini akhirnya usai. Perkuliahan diakhiri pagi ini dengan kuliah Sejarah Australia Oceania yang diasuh oleh eyang-panggilan sayang kami untuk beliau-. Sebenarnya ini hanya kuliah tambahan karena beliau tiga kali tidak memberi kuliah. Harusnya pada hari rabu lalu perkuliahan telah usai. Tapi tak apa lah, toh cuma sekali dan waktu liburan masih panjang.
 Hari ini juga selepas shalat jum’at aku merencanakan untuk pulang ke kota kelahiranku. Sepulang dari kampus aku langsung berkemas. Cukup banyak barang yang akan aku bawa. Ini karena ada issue tanggal 3 ini kami aka berangkat PKL ke daerah Kalimantan Timur. Aku merencanakan berangkat PKL dari rumah saja. Karena itu ada banyak barang yang harus aku persiapkan.
Sekitar jam 14.00 WITA, aku mulai meninggalkan  Banjarmasin. Rute yang kupilih kali ini melewati mesjid Sabilalmuhtadin. Sebuah mesjid yang berdiri pada sekitar tahun 1974, di daerah yang dulunya bernama pulau Tatas. Di pulau ini dahulu berdiri Benteng Tatas atau Fort Tatas, yang merupakan benteng Belanda di pusat kota Banjarmasin. Pada sekitar pertengahan abad 18 (tahun 1756) benteng ini merupakan pusat pertahanan Belanda di Kalimantan Selatan, sebagai pusat kegiatan untuk meluaskan kekuasaan Belanda di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Perjalananku terus berlanjut dengan berbagai nostalgia peristiwa sejarah yang berkelebat di kepalaku. Saat melintasi lapangan Cahaya Bumi Selamat di Martapura, aku teringat dengan sebuah buku dari bapak Idwar Saleh yang pernah ku baca. Disana ada sebuah lukisan yang menggambarkan Keraton Kerajaan Banjar Bumi Selamat yang terletak di Martapura. Keraton itu dilengkapi juga dengan alun-alun. Lalu apakah lapangan ini merupakan alun-alun keraton Banjar dulu? Mungkin saja iya.
Martapura telah ku lalui. Aku pun melintasi Danau Salak, Mataraman, dan Pengaron. Kini aku memasuki kabupaten Tapin. Aku pun terperanjat ketika di daerah Binuang, mungkin sekitar pulau pinang, aku melintasi pembangunan sebuah jalan layang baru. Terakhir aku pulang ke Kandangan pada awal April lalu, pembangunan ini belum ada. Karena pembangunan ini jalanan umum terpaksa dialihkan. Ini sedikit mengganggu lancarnya arus lalu lintas.
Sebenarnya bukan macet yang ku risaukan. Lebih parah dari itu. Jalanan yang nantinya penuh debu tentulah akan menjadi masalah tersendiri bagi pengguna jalan seperti ku, yang menggunakan motor bolak balik Kandangan-Banjarmasin. Belum lagi masyarakat sekitar, pastilah akan terganggu dengan debu yang beteerbangan. Kondisi jalan disekitarnya juga akan terpengaruh. Biasanya jalan aspal disekitar pembangunan itu akan bermasalah, mulai dari bergelombang sampai berlobang. Apalagi jika setelah hujan, jalanan akan licin dan becek.
Ini hanya sebagian kecil dampak pembangunan jalan khusus bagi pengangkutan batu bara. Lalu dampak pertambangan batu bara sendiri, labih parah dari itu. Pertambangan batu bara umumnya terletak di daerah pegunungan meratus yang berupa hutan, lalu karena di buka pertambangan maka hutan pun dibabat. Akibatnya sudah dapat ditebak. Banjir mengancam Kalimantan Selatan. Air bersih juga mulai langka diberbagai daerah yang merupakan daerah aliran sungai dimana daerah hulu sungainya terdapat pertambangan batu bara.
Batu bara di bagian selatan pulau Borneo -sebutan lain untuk pulau Kalimantan- ini memang mempunyai sejarah yang panjang. Pulau Borneo sendiri merupaka pulau yang tua. Hal ini dilihat dari struktur bebatuan yang membentuk pulau ini. Sejak sekitar 8000 tahun sebelum masehi, pulau ini telah dihuni manusia. Saat itu terjadi migrasi pertama dari ras Ausrolomelanisia yang mendiami gua-gua di pegunungan meratus. Lalu sekitar tahun 2500 sebelum masehi terjadi lagi migrasi yang kedua oleh bangsa Austronesia dari pulau Formosa. Mereka inilah yang diyakini sebagai nenek moyang suku Dayak.
Sebagai sebuah pulau yang tua dan sejak zaman pra sejarah sudah dihuni manusia. Wajar jika pulau ini kaya barang tambang, salah satunya batu bara (salah duanya minyak, salah tiganya intan, salah empatnya bijih besi, salah lainnya selidiki sendiri). Pada masa kerajaan Banjar, sekitar abad16-17, sudah terdapat pertambangan batu bara secara tradisional yang diusahakan oleh rakyat.
Abad ke-19 yang merupakan abad kolonialisme dan imperialisme modern sebagai dampak dari revolusi industri. Berbagai teknologi berkembang pesat setelah ditemukan teknologi baru seperti mesin uap, kapal api, kereta api dan pabrik-pabrik yang menggunakan mesin uap. Ini merupakan roda penggerak percepatan perubahan wajah dunia.
Sebagian kapal-kapal belanda yang berlayar ke Indonesia atau berlayar dalam wilayah Indonesia (kontingental) saja, baik kapal dagang maupun kapal perang memerlukan batu bara sebagai bahan bakar mesin uapnya. Di eropa sendiri juga ada batu bara, namun jika harus mengimpor dari Belanda memerlukan biaya yang sangat mahal.
Kemudian Belanda mengetahui bahwa di wilayah kerajaan Banjar terdapat Batu Bara. Kerajaan Banjar sendiri sejak tahun 1787 merupakan tanah pinjaman VOC kepada raja-raja. Pemerintah hindia belanda pun meminta ijin pada kerajaan Banjar untuk membuka pertambangan Batu Bara. Namun, setelah dipaksa ijin baru didapatkan pada tahun 1846.
Akhirnya, pada tahun 1849 berdirilah tambang batu bara komersil pertama di wilayah Hindia Belanda. Tambang bernama Oranje Nassau di daerah pengaron ini secara resmi dibuka oleh Gubernur Jenderal Ruchussen pada tanggal 21 September 1849. Pada 28 April 1859, benteng ini diserang oleh Pangeran Antasari dan pasukan Baua Ampat. Penyerangan ini menandai pecahnya Perang Banjar.
Lalu bagaimana keadaan Batu Bara pada abad ke 21 sekarang ini? Seperti dapat anda lihat, pertambangan kian marak. Apa lagi di daerah Kabupaten Tapin, Tabalong, balangan, Tanah Bumbu, Tanah laut, juga Kota Baru. Walau sebenarnya hampir di setiap wilayah di Kalimantan Selatan ini mengandung potensi batu bara, hanya saja belum dieksploitasi.
Kapan batu bara di borneo ini habis? Mungkin sebelum batu baranya habis, pulau ini telah tenggelam, jika pertambangan terus dilakukan tanpa ada reklamasi. 
Tak terasa, kota Kandangan sudah didepan mata. Katupat yang menjadi icon kota ini sudah terlihat. Artinya  dalam sepuluh menit lagi aku sudah tiba di rumah, bertemu dengan Mama, Abah, dan Ading.
Alhamdulillah, kembali ku ucap syukur atas perlindunganMu selama di perjalanan.

Legend of Korra

Asykuruka yaa Rabb.. akhirnya perkuliahan semester empat berakhir hari ini. untuk merayakannya, puas-puasin aja nonton film. kebetulan serial animasi favoritku baru saja dirilis. sekedar informasi, ini dia serial fovoritku.. cek it out....
The Last Airbender: Legend of Korra (awalnya berjudul Avatar: Legenda Korra) adalah serial televisi animasi mini seri Amerika yang akan mulai ditayangkan di Nicklodeon pada tahun 2012. Serial ini akan berlansung selama 26 episode. Dunia alam semesta yang fiktif juga masih akan ditampilkan disini. Dunianya masih dipenuhi oleh banyak unsur budaya dan etnis. Didalamnya juga mungkin orang-orang akan memiliki kemampuan supranatural untuk memanipulasi baik itu air, bumi, api dan udara. Ada satu orang yang dikenal Avatar, yang memelihara keseimbangan antara empat negara dan merupakan satu-satunya orang yang bisa menguasai keempat elemen itu. Korra dalam animasi mini seri ini akan berperan sebagai protagonis, ia adalah inkarnasi dari Avatar Aang, Avatar sebelumnya dari serial pertama. Setidaknya jarak tahun Korra dan Avatar Aang adalah 70 tahun pasca kekalahan Raja Api Ozai dan Putri Azula diakhir rangkaian serial pertama. Pencipta The Last Airbender ini, Michael dante DiMartino dan Bryan Konietzko akan mengikuti alur budaya korea dalam serial ini.
Foto yang dirilis Nickelodeon yang menggambarkan suasana Kota Republik.  
Seri ini akan berfokus kepada kehidupan Korra, wanita remaja yang berperan Protagonis dari Suku Air Selatan dan Inkarnasi dari Avatar abad ini. Ia memiliki sifat pemarah, mandiri dan siap menghadapi dunia. Sebagai Avatar, dia harus menguasai keempat elemen itu. Namun, ia belum menguasai Pengendalian Udara. Karakter yang diperankan ini terinspirasi dari Avatar Kyoshi, Avatar sebelum Avatar Roku. Untuk menghindari pengulangan kisah petualangan Aang, penciptanya menunjukkan tempat yang bernama Kota Republik, Kota penuh gaya metropolitan di mana semua orang dari seluruh bangsa menyatu baik Pengendali maupun non-pengendali yang hidup bersama. Konsep gambar kota diambil dari desain kota Shanghai pada tahun 1920 dan Hongkong, Manhattan serta Vancouver pada tahun 1930. Dalam serial ini, Korra harus belajar dari Master Tenzin, putra bungsu dari Avatar Aang dan Katara, dan bersaing dengan revolusi yang terjadi di Kota Republik.

Patung Avatar Aang, Avatar sebelum Korra, berdiri megah dipinggir sungai di Kota Republik.
Konflik yang banyak terjadi pada serial ini berasal dari Kelompok Anti-Pengendali, sekelompok orang yang tidak menyukai mereka-mereka yang mempunyai kemampuan mengendalikan unsur-unsur tertentu. Untuk menghormati penemuan Toph Beifong tentang Pengendalian Logam Metal, pencipta serial ini sengaja menghadirkan tokoh pemimpin Kepolisian Pengendali Logam Metal, yaitu Putri Toph sendiri. Olahraga yang paling populer di kota Republik adalah Pro-Bending, jenis olahraga yang melibatkan beberapa Pengendali sebagai Instruktur Pengendalian.

Proses produksinya sudah diumumkan di Comic Con-tahunan di San Diego pada 22 juli 2010. Saat ini, rangkaian animasi ini masih dalam proses produksi dan akan dirilis pada tahun 2012. Sebelumnya judulnya berjudul Avatar: Legenda Korra ber-episode 12, namun diubah untuk cerita 70 tahun setelah Avatar Aang, dan ditambah 14 episode menjadi 26 episode yang masing-masing akan ditayangkan pada 2 musim. Judul dari mini-seri ini diganti karena lisensi judul film Avatar (2009), dan akhirnya The Last Airbender: Legenda Korra menjadi penggantinya.
Kisah ini tetap akan mengedepankan petualangan serta menyeimbangkan dengan tema-tema dewasa. Soundtrack asli serial sebelumnya juga akan digunakan kembali diserial ini. Pengisi suara Zuko diserial sebelumnya, Dante Basco juga akan kembali diserial baru ini tentunya dengan suara yang berkarakter beda, begitu juga dengan pengisi suara Appa dan Momo, Dee Bradley Baker juga akan kembali mengisi suara hewan diserial animasi ini.


sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/The_Last_Airbender:_Legend_of_Korra

Mengintip Hulu Sungai Selatan Masa Praaksara (sebuah catatan di hari ulang tahun)

Jreng jreng jrengggg… Syelamath Ulang Tahun kabupaten ku yang manis dan indah, Hulu Sungai Selatan.. Roma atau Paris, indah Kandang...