On Diary


Mekkah, 19 Agustus 2012
Takbir memenuhi kota suci ini. Langit lazuardi seakan ikut merayakan kemenangan umat muslim setelah sebulan berpuasa. Lautan manusia memenuhi mesjidil haram. Ada haru menyelinap halus, saat gemuruh takbir menyentuh gendang telinga. Ada kerinduan yang membuncah teringat kampung halaman. Ada rasa yang tak dapat diungkapkan dengan kata, hanya aliran sungai kecil dipelupuk mata yang mewakilkannnya.Ini Ied terindah yang pernah ku alami selama hidupku. Ini juga hadiah ulang tahun terindah yang pernah kuterima.
Usai shalat Ied, didepan ka’bah dibawah hangatnya mentari pagi, seketika hati ku tersentak. Khotbah Ied itu, terasa pecutan cambuk yang membangunkanku. Ia menyadarkanku, aku salah. Iya, aku begitu salah. Aku salah mencintainya.  Bukan, rasa cinta itu tak pernah salah, hanya caranya yang salah, waktunya yang salah. Aku belum boleh mencintainya, dengan cara ini dan saat ini, karena aku belum halal untuknya.

Kandangan, Juli 2012
Rasa takut itu menyelinap hadir, diantara ramainya bahagia yang tengah kurasa. Takut, jika suatu saat ku akan kecewa. Takut, jika suatu saat aku akan terluka. Takut, jika harus merasakan kembali, sakit yang pernah kurasa dua tahun yang lalu, ketika dikecewakan. Namun, rasa takut itu akhirnya tersingkir dengan buaian bahagia. Aku bahagia, karena aku pun menyayanginya.

Jedah, 4 Agustus 2012
Akhirnya, aku benar-benar meninggalkan tanah air. Artinya, aku berpisah darinya. Hanya 15 hari, tapi ada sedih yang membuncah. Pesan singkat yang kuterima darinya, menambah sedih yang kurasa. Namun, ini tak boleh menghalangi ku. Tujuan utama ku mendatangi negeri ini, hanya untuk ibadah.

Banjarmasin, 4 September 2012
Hari pertama kembali menginjakkan kami di kampus. Pertama melihatnya setelah sekian lama tak bertemu. Bimbang kembali menghampiri, benarkah yang terjadi ini? Tak takutkah engkau?

Meja daging, 7 November 2012
Tanpa terasa, sudah hampir empat bulan aku bersamanya. Sebenarnya, aku ingin membuat kejutan hari ini, tapi ternyata aku yang terkejut. Kecewa rasanya, mengetahuinya dari orang lain. Andai saja dia jujur, mungkin tak akan sekecewa ini. Selalu ada kesempatan kedua, tati tak akan pernah ada yang ketiga.

Ruang baca, 20 November 2012
Lagi-lagi, aku mendengar berita tak enak ini. Dia “ngedate” dengan seseorang, parahnya aku melihat fotonya. Sebuah foto yang diambil oleh seorang teman yang mungkin tak ditunjukkan untuk membuatku marah. Kembali aku berfikir, kenapa dia yang katanya menyayangiku, namun kembali mengecewakanku. Aku tau, pasti ada alasan kuat darinya. Tapi kenapa, dia tak mau jujur padaku sementara dia tau aku akan kecewa jika seperti ini.
Memori Ied di depan ka’bah terasa berputar kembali. Iya, aku salah dan mungkin inilah saatnya aku mengakhiri kesalahan ini. Akhirnya kuputuskan, aku tak akan kecawa lagi karenanya. Dia boleh melakukan apapun, terserah padanya, karena aku bukan orang yang bisa kau panggil sayang lagi.

Creamy room, 23 November 2012
Duhai sang penyayang, ternyata aku masih menyayanginya. Namun aku berjanji, tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku akan tetap mencintainya, dalam diamku. Aku akan terus menyayanginya, dalam lantunan doa tiada putus, dalam sujud tiada bosan. Biar ku titipkan rindu, pada pemilik hati ini. sampai nanti, aku halal bagimu. Namun, jika kau bukan orang yang akan menjadi imamku, tak apa, semoga imamku nanti yang terbaik bagi ku, dan semoga orang yang menjadi makmummu adalah orang yang baik bagimu.

Mengintip Hulu Sungai Selatan Masa Praaksara (sebuah catatan di hari ulang tahun)

Jreng jreng jrengggg… Syelamath Ulang Tahun kabupaten ku yang manis dan indah, Hulu Sungai Selatan.. Roma atau Paris, indah Kandang...