Ikrimah Laily
A1A110030
Kemajuan
suatu bangsa atau negara terlihat dari beberapa indikator. Selain perkembangan
di sektor ekonomi, pendidikan juga merupakan salah satu indikator penting
kemajuan suatu bangsa atau negara. Semakin tinggi rata-rata pendidikan
penduduknya, maka semakin maju suatu bangsa atau negara. Pendidikan sangat
penting dalam upaya memajukan bangsa, karena dengan pendidikan akan melahirkan
manusia-manusia bersumber daya tinggi untuk kemajuan suatu bangsa atau negara.
Karenannya untuk menjadi negara maju, pembangunan tidak hanya pada sektor
perekonomian namun juga dalam bidang
pendidikan.
Bangsa
Indonesia sebagai negara berkembang, jika ingin menjadi negara maju harus dapat
meningkatkan pendidikan bagi penduduknya. Sebagai negara bekas jajahan Belanda,
Indonesia dapat dikatakan tertinggal dari negara-negara lain di Asia Tenggara
dalam bidang pendidikan.
Indonesia
baru mengenal sekolah seperti yang dikenal sekarang sekitar akhir abad ke- 19.
Sebelumnya memang telah ada pendidikan, namun belum ada sistem sekolah seperti
dewasa ini. Pada masa kerajaan Hindu Budha telah dikenal sistem pendidikan
secara klasikal dimana murid murid belajar pada seorang guru secara privat.
Kemudian berkembang sistem asrama. Pada masa pengaruh Islam di Nusantara,
muncul sistem pendidikan pondok pesantren yang merupakan kelanjutan dari sistem
asrama pada masa Hindu-Budha.
Ketika
Belanda masuk ke Indonesia, niat awal mereka adalah berdagang. Belanda, lewat
VOC, cukup lama berkuasa di Indonesia. namun karena tujuan utama mereka adalah
berdagang, maka mereka kurang memperhatikan bagaimana kehidupan rakyat
Indonesia, termasuk juga bidang pendidikan. Mereka hanya ingin mengeruk
keuntungan sebesar-besarnya dari Indonesia, tanpa membangun bangsa Indonesia.
Keadaan
mulai berubah ketika keadaan dalam negeri Belanda juga berubah. golongan
liberal menguasai parlemen. Mereka inilah yang mulai menuntut keterbukaan
terhadap negara jajahan. Mereka juga mulai menyerukan pentingnya perbaikan
nasib bagi bangsa jajahan, termasuk perbaikan.
Akhirnya
pada abad ke 19 didirikan lah sekolah-sekolah di Indonesia oleh Belanda. Tujuan
utama pendirian sekolah ini sebenarnya adalah menyediakan tenaga administratif
rendahan untuk perkantoran pemerintah hindia belanda. Jadi bukan untuk
memajukan pendidikan dan taraf hidup rakyat pribumi.
Pada
awal abad ke 20 (tahun 1902) berdirilah universitas pertama di Indonesia yaitu
STOVIA (School
Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). STOVIA merupakan sekolah untuk para dokter. STOVIA
merupakan cikal bakal Universitas Indonesia sekarang ini. Kemudian banyak
didirikan sekolah-sekolah tinggi yang menjadi cikal bakal universitas, fakultas
dan sekolah tinggi dewasa ini.
Dapat dikatakan pendidikan pada
masa penjajahan Belanda tidak merata di seluruh Indonesia. Pendidikan hanya
terpusat di daerah Jawa. Di daerah lain di Indonesia memang sudah ada
sekolah-sekolah namun jumlahnya masih terbatas. Sekolah juga umumnya terletak di
kota-kota kabupaten atau di pusat administrasi daerah.
Di Kalimantan, sistem pendidikan
sekolah juga mulai dikenal pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pendidikan di
Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan berpusat di Banjarmasin. Di sini
berdiri beberapa sekolah, namun belum ada sekolah tinggi atau universitas.
Pendidikan tinggi baru dikenal pasca kemerdekaan Indonesia. Sebelum itu, para
pelajar kalimantan yang ingin mengenyam pendidikan tinggi harus belajar ke
pulau jawa. Pasca kemerdekaan barulah ada universitas di kalimantan.
Ketika Jepang mengambil alih
kekuasaan Belanda di Indonesia, keadaan pendidikan tidak jauh berbeda. Jepang
memang menciptakan tingkatantingkatan struktur sekolah seperti kita kenal
sekarang, yaitu ada sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah tinggi.
Pendidikan pada masa Jepang pada dasarnya juga tidak bertujuan untuk membangun
Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia, pendidikan lebih diarahkan pada
kemilitiren, hal ini karena pada saat itu Jepang sedang menghadapi Perang Asia
Timur Raya dan berharap mendapat bantuan dari daerah jajahannya.
Begitu juga keadaan pendidikan
di Kalimantan. Jepang mengganti nama-nama sekolah Belanda menjadi berbahasa
Jepang. Misalnya saja sekolah dasar dinamakan Djokjo Kogakko. Lalu ada Futsu
Djokjo Kogakko dan Sihan Gakko. Sistem pendidikan Jepang lebih
menekankan pada militeristik, juga penanaman bahasa serta budaya Jepang. Hal
ini terlihat dengan diajarkannya bahasa Jepang, penghormatan kepada Kaisar
Jepang serta dinyanyikannya lagi kebangsaan Jepang di sekolah-sekolah.
Ketika Jepang angkat kaki dari
bumi pertiwi, dengan segera Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Indonesia kemudian menjadi negara merdeka yang berdaulat penuh atas negerinya.
Layaknya bayi yang baru lahir, Indonesia pun mulai menata kehidupan berbangsa
dan bernegaranya. Begitu pula dalam bidang pendidikan. Presiden Indonesia
segera menunjuk Ki Hadjar Dewantara sebagai mentri pendidikan dan Pengajaran.
Berbagai pebaikan di sektor pendidikan pun dilakukan. Sistem sekolah berjenjang
ala Jepang masih dipertahankan.
Masa awal kemerdekaan merupakan
masa Revolusi dimana bangsa Indonesia berusaha keras mempertahankan
kemerdekaannnya dari rongrongan Belanda yang berniat kembali menjajah
Indonesia. Hal ini menyebabkan pendidikan kurang diperhatikan.
Keadaan berbeda terjadi di
Kalimantan. Saat kemerdekaan diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, Kalimantan
justru berada di bawah kekuasaan Belanda. Kalimantan merupakan salah satu daerah
BFO (Bijeenkomst Voor Federale Overleg) yaitu daerah-daerah binaan
Belanda pasca Perang Dunia II yang akan dijadikan bagian federal Kerajaan Belanda.
Kehidupan masyarakat termasuk urusan pendidikan diurus oleh Belada pasca Perang
Dunia II.
Sekolah dengan nama dan gaya
Jepang dijadikan sekolah gaya Belanda. Djokjo Kogakko dan Futsu
Djokjo Kogakko diubah menjadi Volkschool dan kemudian dinamakan Sekolah
Rakyat enam tahun. Sihan Gakko menjadi dua sekolah yaitu Indonesisch
Middelbaar-school atau Sekolah Menengah Indonesia empat tahun, dan Hersteld
Mulo untuk anak Belanda dan orang China, dua tahun.
Untuk sekolah bagi anak
perempuan ada pendidikan kejuruan menengah dengan nama Neiverhijd-school
(Sekolah Kerajinan Perempuan) tiga tahun. Untuk guru Sekolah Rakyat diadakan Opleidingschool
ialah VHO (Voorberreijdend voor Hogere Onderwijz) yang selanjutnya
dinamakan Sekolah Menengah Tinggi). Untuk guru SLTP/SMP diadakan PGSLP
(Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama) satu tahun diatas SMT. Untuk guru
SMA disediakan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Atas (B-1), dua tahun diatas
SMT. Untuk pertukangan ada Ambachtschool dua tahun diatas Sekolah
Rakyat.
Universitas Negeri pertama yang
berdiri di Kalimantan pasca Kemerdekaan adalah Universitas Lambung Mangkurat
(disingkat Unlam). Cikal bakal berdirinya Universitas Lambung Mangkurat dapat
dikatakan berasal sebuah yayasan yang bernama Yayasan Akademi Perniagaan Kalimantan.
Yayasan ini berdiri dengan Akte Notaris No 24 tanggal 21 September 1956.
Pendirian yayasan ini diprakarsai oleh Milono yang pada saat itu menjabat
sebagai Gubernur Kalimantan, pare pejabat pemerintah lainnya, masyarakat serta
pengusaha-pengusaha nasional Kalimantan. Tujuan dari yayasan ini adalah
mendirikan sebuah lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi yang berlokasi
di Banjarmasin. Pada tanggal 7 Februari 1957, Yayasan Akademi Perniagaan
Kalimantan resmi mendirikan Akademi Perniagaan Kalimantan (APK). APK mempunyai
tujuan khusus yaitu mendidik tenaga ahli dalam bidang perekonomian dan
perniagaan, dan mengisi kepentingan-kepentingan yang praktis bagi masyarakat
daerah Kalimantan.
Pada tanggal 3 – 10 Maret 1957
diadakan reuni Kesatuan TNI Divisi Lambung Mangkurat di Kandangan. Reuni ini
bertujuan untuk memperinganti Proklamasi Gubernur Militer ALRI Divisi IV
Kalimantan, sekaligua merencanakan pembangunan daerah Kalimantan sebagai
sumbangan langsung untuk mencapai tujuan negara Republik Indonesia. Dari hasil
reuni ini dibentuk Dewan Lambung Mangkurat. Dewan ini kemudian membuat rencana
pembangunan Kalimantan. Salah satunya adalah mendirikan sebuah perguruan tinggi
yang diberi nama Universitas Lambung Mangkurat. Dewan ini juga membentuk
Panitia Persiapan Pembentukan Universitas Lambung Mangkurat pada pertengahan
tahun 1958, sebagai berikut:
Pelindung/ penasehat:
·
K.H Idham Chalid, Wk perdana Menteri II RI
·
Ir. P. Moh. Noor, Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga RI
·
Kol. Kusno Uttomo, panglima T.T IV Divisi Tanjung Pura
·
Milono, Kepala Daswati I Jawa Timur
·
Mr. Burhanuddin, Direktur Bank Indonesia
·
H.M Hanafiah, mantan Menteri Agraria
Pengurus:
Ketua Umum : Let. Kol. H. Hassan Bary
Ketua I : Syarkawi, Gubernur Kalimantan
Selatan
Ketua II : H. Maksid, Kepala Daswati I Kalimantan
Selatan
Ketua III : Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah
Sekretaris Umum : Notaris Kho Boen Tian
Sekretaris : Drs. Aspul Anwar
Sekretaris II : Drs. Baderun Aran
Sekretaris III : Drs. A.D. Pattianom
Bendahara I : Dajantera, anggota DPDTk I
Kalimantan Selatan
Bendahara II : W.A. Narang
Pembantu Umum : A. Sinaga
Drs.
Tan Tjin Kie
Mr.
Soejono Hadidjojo
Mr.
Ong Tjong Hauw
H.
Abdurrachman Ismail
M.A
Agus Iberahim
Abdurruvai,
B.A
Pada tanggal 21 September 1958,
Panitia Persiapan Pembentukan Universitas Lambung Mangkurat meresmikan
berdirinya Universitas Lambung Mangkurat (pada saat tersebut berstatus swasta)
yang berlokasi di Jalan Lambung Mangkurat sekarang. Pada saat itu universitas
ini terdiri atas Fakultas Hukum, Fakultas ekonomi, Fakultas Sosial dan Politik,
dan Fakultas Ismamologi. Dengan pembentukan Universitas Lambung Mangkurat, maka
tugas Panitia telah selesai dan selanjutnya diserahterimakan kepada Yayasan
Perguruan Tinggi Lambung Mangkurat yang didirikan dengan Akte Notaris No. 57
tanggal 12 Februari 1959. Yayasan ini diketuai H. Maksid Kepala Daswati I
Kalimantan Selatan, Sekretaris Gt. Nasrudin dan Bendahara Kho Sek Beng.
Universitas ini mempunyai Dewan
Kurator yang diketuai oleh Syarkawi, Gubernur Kalimantan Selatan dengan
sekretarisnya H. Abdurracham M.A Pimpinan paling awal Universitas Lambung
Mangkrat adalah sebagai berikut:
Presiden : Letkol. H. Hassan Basry
Wakil Presiden : Mayor AW. Syakranie
Sekretaris : Drs. Aspul Anwar
Bertepatan dengan tanggal 1
Nopember 1960, atas usaha Pemerintah daerah Tingkat I Kalimantan Selatan dan
Yayasan Perguruan Tinggi Lambung Mangkurat, Universitas Lambung Mangkurat
diremikan menjadi Universitas Negeri di Kalimantan Selatan oleh Menteri
Pendidikan , Pengajaran, dan Kebudayaan Repulik Indonesia (PP No. 41 Tahun 1960
tanggal 29 Oktober 1960), dengan rektor Unlam (pada saat itu disebut dengan
Presiden Unlam) yang pertama Brigjen H. Hassan Basry (1960-1963).
Pada saat diresmikan sebagai
Universitas Negeri, Unlam hanya terdiri atas 4 fakultas, yaitu Fakultas Hukum,
Fakultas Ekonomi, Fakultas Sosial dan politik dan Fakultas Pertanian. Fakultas
Pertanian resmi dibuka pada tanggal 3 Oktober 1961 di Banjarbaru. Pendirian
Fakultas pertanian ini terlaksana berkat kerja sama antara Yayasan Perguruan
Tinggi Lambung Mangkurat dan pimpinan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia
di Bagor. Jumlah mahasiswa pada tahun 1961/1962 ada 30 oarangdengan tenaga
dosen 11 orang, 7 orang dosen diantaranya adalah dosen luar biasa.
Fakultas Islamologi yang semula
menjadi bagian dai Universitas Lambung Mangkurat pada tanggal 15 Januari 1961
diserahkan kepada Fakultas Syariah IAIN Yogyakarta. Dalam pelaksanaan integrasi
tersebut, semua mahasiswa ytang terdaftar pada Fakultas Islamologi secara
langsung diakui sebagai mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Yogyakarta Cabang
Banjarmasin, tanpa ujian dan syarat-syarat lainnya.
Fakultas Hukum didirikan
bersamaan dengan berdirinya Unlam. Pimpinan fakultas dipegang oleh Mr. Soejono
Hadidjojo sebagai ketua dan Mr. Ong Tjong Hauw sebagai sekretaris. Jumlah
mahasiswa pada tahun 1961 ada 129 mahasiswa, dengan tenaga dosen, 1 orang guru
besar, 4 oranf lektor kepala, 4 orang lektor dan 14 orang lektor muda dan
asisten. Diantara sejumlah tenaga edukatif ini hanya 4 orang dosen tetap.
Fakultas Ekonomi, telah ada pada
saat Unlam dinegrikan, karena sebelumnya fakultas ini lahir dalam bentuk
Akademi Perniagaan Kalimantan (APK). Pimpinan fakultas dipegang oleh Mr.
Soejono Hadidjojo sebagai ketua dan Mr. Ong Tjong Hauw sebagai sekretaris
fakultas. Jumlah mahasiswa tahun 1961/1962 ada 157 orang , dengan tenaga dosen
19 orang, 10 orang diantaranya dosen terbang.
Fakultas Sosial dan Politik juga
berdiri seiring berdirinya universitas ini. pimpinan fakultas dipegang oleh
Drs. Aspul Anwar sebagai Ketua dan Drs. Lie Han Po sebagai sekretaris. Jumlah
mahasiswa pada tahun 1961/1962 ada 112
mahasiswa dengan jumlah tenaga dosen 7 orang. Pada tahun tersebut, Fakultas
Sosial Politik satu-satunya fakultas yang mempunyai mahasiswa tingkat doktoral
sebanyak 7 orang.
Pada tanggal 4 November 1961,
Kepala Kantor Wilayah Kalimantan Selatan Kementrian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan menyerahterimakan empat kursus B-1, yaitu Kursus B-1 Bahasa Inggris,
Kursus B-1 Sejarah Kebudayaan, Kursus B-1 Ilmu Pasti, dan Kursus B-1 Pendidikan
Jasmani, kepada Presiden Universitas Lambung Mangkurat. Integrasi dari keempat
kursus itulah yang atas kesepakatan bersama dinamakan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pundidikan. Fakultas ini memiliki lima jurusan, yaitu Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Sejarah Budaya, Pendidikan jasmani
dan Ilmu Pasti.
Fakultas ini dipimpin oleh
Gardjito, SH sebagai dekan dan Badjuri Ali sebagai sekretaris fakultas. Jurusan
bahasa dan santra Indonesia diketuai Drs. Asfandi Adul dan sekretaris A. Rahman
Ismail, MA. Jurusan bahasa dan sastra Inggris diketuai Zaini Mahmud, MA,
sekretaris R.P. Soerono. Jurusan Sejarah Kebudayaan diketuai Drs. Hadiatsyah
Talib, sekretaris Pardi Djunaid. Pendidikan Jasmani diketuai PCA Tamsir.
Jumlah mahasiswa pada tahun
1961/1962 jurusan bahasa dan sastra Indonesia 11 mahasiswa, jurusan sastra dan
bahasa Inggris 48 orang, jurusan Sejarah Kebudayaan 42 mahasiswa, jurusan Pendidikan
Jasmani 29 mahasiswa dan jurusan Ilmu Pasti 4 orang. Jumlah total ada 134
mahasiswa. Jumlah tenaga dosen saat itu seluruhnya 26 orang, terdiri dari 9
orang dosen tetap dan 19 orang dosen luar biasa.
Meskipun Universitas Lambung
Mangkurat sudah ditingkatkan statusnya menjadi universitas negeri, pembiayaan
untuk penyelenggaraan perkuliahan dan administrasi tetap didanai oleh Yayasan
Perguruan Tinggi Lambung Mangkurat. Dengan bantuan dana ini dosen-dosen terbang
didatangkan dari Surabaya dan Yogyakarta. Selain itu, yayasan ini juga membangu
gedung baru pada tahun 1960, yang berlokasi di Banjarbaru. Bangunan ini
rencananya akan ditempati oleh 4 fakultas, yaitu Fakultas Hukum, Fakultas
Ekonomi, Fakultas Sosial dan Politik, dan Fakultas Pertanian. Akan tetapi 3
fakultas (Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sosial dan Politik) tidak
pernah menempati gedung baru dan tetap melaksanakan perkuliahan di Banjarmasin.
Pada tahun 1964 dibentuk fakultas baru, yaitu Fakultas Perikanan dan Fakultas
Kehutanan yang berlokasi di Banjarbaru. Setahun kemudian dibentuk Fakultas
Teknik di lokasi yang sama.
Sampai tahun 1965, Universitas
Lambung Mangkurat masih didanai oleh yayasan. Sampai tahun ini pula tenaga
pengajar (dosen terbang) didatangkan dai Surabaya dan Yogyakarta. Setelah tahun
1965 yayasan tidak lagi mendanai Universitas Lambung Mangkurat karena yayasan
mengalami masalah keuangan. Universitas ini kemudian diambil alih oleh
Pemerintah Daerah Tingkai I. Dosen terbang pun semakin jarang didatangkan.
Dalam perkembangannya hingga
sekarang ini, Universitas Lambung Mangkurat memiliki 10 fakultas yang
menyelenggarakan Program Diploma (S0) sebanyak 3 program, Sarjana (S1) sebanyak
56 program studi, Pasca Sarjana sebanyak 15 program dan 2 program Doktor.
Fakultas tersebut yaitu:
1.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2.
Fakultas Hukum
3.
Fakultas Ekonomi
4.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
5.
Fakultas Pertanian
6.
Fakultas Kehutanan
7.
Fakultas Perikanan
8.
Fakultas Teknik
9.
Fakultas Kedokteran
10. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Jumlah mahasiswa, alumni, daya
tampung dan produktivitas Universitas Lambung Mangkurat adalah sebagai berikut:
Jumlah mahasiswa : 17389 orang
Jumlah alumni doktor : 617 orang
Jumlah alumni S2 : 1929 orang
Jumlah alumni S1 : 36205 orang
Jumlah alumni S0 : 25911 orang
Daya tampung program S1 : 2900 orang
Produktivitas kelulusan : 21, 20%
Jumlah dosen :1.050 orang, dengan
kualifikasi pendidikan sebagai berikut:
S3
ada 73 orang, S2 ada 632 orang, S1 ada 329 orang, SP-1 ada 14 orang dan SP-2
ada 2 orang. Sedang mengikuti pendidkan S3 ada 75 orang, dan S2 ada 575 orang.
(data tahun 2009/2010)
Referensi penulisan:
Adul, Asfandi dkk. 1985. Dua Puluh Lima
Tahun Univerditas Lambung Mangkurat. Banjarmasin
Ideham, M. Suriansnyah. 2003. Sejarah Banjar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi KalimantasnSelatan:
Banjarmasin
Kementerian Pendidikan Nasional Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin. 2010. Pedoman Akademik Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarmasin: Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan
Lambut, M.P.. Menelusuri Perjalanan Panjang
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Banjarmasin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung
Mangkurat tahun 2006
Noeljono, Dkk. 1981. Sejarah Pendidikan
Daerah Kalimantan Selatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
Penelitian Sejarah dan Budaya Inventaris dan Dokumen Kebudayaan: Banjarmasin
Wikipedia. Universitas Lambung Mangkurat.
Diakses tanggal 27 Mei 2013, jam 16.21 WITA dari http://id.wikipedia.org.
Note:
ditulis sebagai tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Indonesia
Nice... Sejarah singkat tp panjang jg ya, hampir kering tenggorokan bacanya. Tp bagus kok. By : www.sahrulkhair.com
BalasHapusThanks :)
BalasHapusBaru 'hampir' kan, blm kering beneran hehee