Implikasi Sistem Pendidikan Islam Di Nusantara Terhadap Perkembangan Semangat Kebangsaan Di Nusantara


Semangat kebangsaan adalah suatu semangat yang menunjukkan kecintaan seseorang terhadap bangsanya. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan berbagai hal, misalnya dengan pengakuan terhadap identitasnya sebagai warga Negara berupa lambing Negara, bahasa, bendera Negara, lagu kebangsaan, peraturan atau perundang-undangan Negara, semangat anti kolonialisme dan imperialism, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan Negara.
Semangat kebangsaan dalam diri seseorang tidak akan timbul dengan sendirinya. Semangat kebangsaan timbul sebagai wujud penghormatan terhadap sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang didalamnya terapat jiwa patriotisme, ketulusan berkorban untuk kepentingan bersama, kemerdekaan dan persatuan bangsa. Untuk dapat menghormahi sejarah, seseorang perlu tahu terlebih dahulu perjalanan sejarah bangsanya tersebut. Dalam hal ini, pendidikan memainkan peranan penting dalam menanamkan semangat kebangsaan pada seorang anak.
Pendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan pendidikan yang lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain yang bersifat teoritis dan praktis. (Zakiah Drajat,1996: 25). Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).
Di Nusantara, pendidikan Islam ada sejak Islam masuk ke Nusantara. Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam dilaksanakan secara informal. Karena dengan cepatnya Islam tersebar diseluruh Indonesia, maka banyaklah didirikan tempat-tempat ibadah seperti Mesjid, Langgar atau Surau, yang mana tempat-tempat tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai tempat pendidikan yang sangat sederhana. Tempat-tempat pendidikan Islam seperti inilah yang menjadi embrio terbentuknya system pendidikan pondok pesantren dan pendidikan Islam yang formal yang berbentuk madrasah atau sekolah yang berdasar keagamaan.
Pada masa penjajahan Belanda, umat islam pada mengenal dua bentuk lembaga pendidikan yang dikelola umat islam dan yang dikelola kolonial. Sistem pendidikan yang dikelola Belanda adalah pendidikan modern liberal dan netral agama. Namun kenetralan Belanda ternyata tidak konsisten karena Belanda lebih melindungi Kristen dari pada islam. Karena mereka menganggap islam memiliki kekuatan politik yang membahayakan mereka. Maka islam senantiasa mengalami tekanan dan selalu diawasi gerak geriknya.
Sikap belanda in didasarkan atas analisi Snouck Hurgronje  yang memilah islam pada tiga kategori yakni dalam arti ibadah, sosial kemasyarakatan, dan kekuatan politik. Pada kategori yang terakhir inilah belanda bersikap menekan umat islam.
Pendidikan Islam lebih berkembang pada masa pendudukan jepang. Jepang bersifat lebih lunak terhadap pendidikan islam seperti pesantren dan madrasah. Jepang bahkan kerap melakukan kunjungan dan member bantuan pada pesantren-pesantren dan madarsah-madrasah yang pro jepang.
Salah satu ajaran islam adalah cinta tanah air. D ilembaga-lembaga pendidikan islam seperti pesantren dan madrasahlah doktrin cinta tanah air ini diajarkan dan ditanamkan terhadap murid-murid. Begitu juga ajaran jihad fii sabilillah dalam membela bangsa dari tangan penjajah. Terbukti ketika terjadi pergolakan melawan penjajahan, baik jepang maupun belanda. Umat islam khususnya para santri menjadi pejuang tangguh yang berdiri digaris depan dalam melawan penjajah. Islam sukses menanamkan semangat kebangsaan melalui pendidikan.

notes:
diolah dari berbagai sumber
tugas kuliah sebagai "tiket" klo ga mau ikut midtest :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Implementasi MPI dengan Manggau Amas

Pelajaran matematika dan fisika yang dianggap oleh sebagian orang itu sulit, saya menyukainya. Pelajaran bahasa Inggris yang katanya membuat...