Oleh:
M. Fahroji
Ikrimah Laily
Khairun Nisa
A.
Perkembangan
Turki Ustmani
Bangsa Turki
Ustmani berasal dari keluarga Qabay, salah satu kabilah Al-Turky yang mendiami
daerah Turkistan. Sulaiman adalah pemimpin yang membawa kabilahnya ke Asia
kecil sesuai perang Milaz Kurd. Di tengah perjalanan Sulaiman meninggal dunia
di daerah perbatasan Halb. Rombongan ini bingung dan kemudian pecah menjadi dua
kelompok, satu pulang dan yang satu rombongan kembali melanjutkan perjalanan.
Kelompok yang
melanjutkan perjalanan memilih anak Sulaiman
sebagai pemimpin yaitu Arthogrol. Rombongan Arthogrol mengabdikan diri kepada
Sultan Alauddin II dan saat itu sedang terjadi peperangan dengan Byzantium,
maka Artghonol bersama rombongannya membantu pasukan tentara Alauddin. Akhirnya
mereka memenangkan peperangan. Arthogrol dihadiahkan sebidang tanah di Asia
Kecil yang berbatasan dengan Byzantium. Artghogrol berhasil memperluas
wilayahnya ke wilayah Byzantium dan ini dibiarkan saja oleh Sultan Alauddin.
Arthogrol terus membina wilayahnya dan daerah barunya, memilih kota Syukud
sebagai ibu kotanya. Tahun 1258 Arthogrol dikaruniai seorang putra yang diberi
nama Ustman. Ustman inilah yang kemudian mendirikan Daulat Ustmani yang besar.
Tahun 1281
Arthogrol meninggal dunia Ustman pun naik tahta. Sultan Alauddin menyukai
Ustman sama seperti menyukai ayahnya Arthogrol. Ustman diberi beberapa hak
istimewa yaitu wilayah kekuasaannya diperluas. Setiap daerah yang ditaklukkan
digabung dalam pemerintahan wilayahnya. Kemudian dia diperbolehkan mencetak
uang sendiri dengan memakai namanya disamping nama Sultan Saljuki. Ustman
diberi gelar dalam khutbah jum’at yaitu dengan “bey”. Ustman yang diberi
anugerah yang besar oleh Sultan Alauddin yang menjadikannya seorang yang
berkuasa penuh. Ia kemudian menjadi gubernur yang sangat penting di dalam
kesultanan Saljuki. Ustman berhasil menaklukkan kota Qurah Hishar, milik
imperium Romawi Timur dan menjadikan kota ini sebagai ibu kota baru
pemerintahan Ustmani.
Pada
tahun 1299 Daulat Saljuki lenyap ditaklukkan oleh pasukan tentara Mongol pada
tahun ini juga Sultan Alauddin meninggal dunia. Ustman kemudian memproklamirkan
kemerdekaan wilayahnya dengan nama “Kesultanan Ustmani”, yang diambil dari
namanya sendiri ustman. Atas pernyataan ini para pembesar Saljuki, pejuang yang
menentang kehadiran Mongol, para sufi, sebagian para ulama dan bangsa Turki
sendiri, memohon kepada Ustmani agar melindungi mereka dari kekejaman bangsa
Mongol. Seluruh bekas kesultanan Saljuki menjadi wilayah kekuasaan Ustmani dan
seluruh muslimin menyatakan tunduk, patuh dan memohon perlindungan kepadanya.
Setelah
Ustman wafat pada tahun 1326, Urkhan naik tahta. Tahun pertama masa
pemerintahannya ia berhasil menaklukkan kota Broessa dan tahun 1327 berhasil
menduduki kota Azmir, kemudian Thawasyanly 1330. Untuk menaklukkan kota Ankara
yang di bawah pimpinan Panglima Sulaiman, putra Urkhan. Tahun 1354 pasukan
Ustmani di bawah pimpinan Sulaiman
menyerang Ankara dan berhasil menguasainya. Masa Urkhan terbentuk
tentara Inkisyariyyah atau jennissaries (tentara baru).
Sultan
Urkhan wafat pada tahun 1359 dan digantikan oleh putranya yaitu Murad I,
kebijakannya adalah :
a. Mengkonsolidasi keamanan dalam
negeri
b. Memadamkan pemberontakan di Asia
Kecil
c. Menaklukkan Balkan
d. Tahun 1362 menaklukkan kota
Adrianopel, dan tahun 1366 kota ini dijadikan ibu kota pemerintahan Ustmani
e. Menguasai Macedonia, Shopia,
Salonia dan seluruh wilayah utara Yunani
Tahun
1389 Sultan Murad
I wafat ditikam serdadu Serbia yang pura-pura mati saat perang di Qaushah,
tentara Ustman dapat mengalahkan tentara sekutu Kristen. Setelah wafatnya Sultan
Murat I maka dipilihlah Bayazid I bin Murad sebagai penggantinya. Bayazid
menuntut kematian ayahnya dengan menangkap raja Serrbia dan membunuhnya bersama
pembantunya. Tahun 1390, Ala Syahr jatuh ke tangan Turki. Maka berakhirlah
kekuasaan Byzantium di seluruh Asia Kecil. Bayazid I diberi gelar “khalifah”
oleh penguasa Mesir, sebagai penguasa bekas Imperium Romawi Timur.
Kejayaan
Turki Ustmani di medan perang dan dengan cepat dapat mendarat di Eropa, membuat
cemas dan gelisah hampir seluruh daratan Eropa. Inilah yang menyebabkan
bangsa-bangsa Eropa bangkit dan berusaha untuk membendung gerakan ekspansi
Turki Ustmani ke Eropa.
Pasukan
Kristen segera dibentuk yang dipimpin oleh Sijismond Raja Hongaria, tentara
Perancis dan tentara Jerman. Mereka ini berhasil merebut beberapa kota. Sultan
Bayazid yang saat penyerangan itu berada di Asia. Setelah mendengar berita itu,
segera pulang dan bangkit menghadapi dan mengusir tentara Kristen. Bayazid dan
pasukannya memenangkan peperangan ini dengan gemilang yang terjadi pada tahun
1396.
Sedang
giat-giatnya ekspansi Turki Ustmani dilakukan, ekspansi Mongol yang dipimpin
Timurlenk mengancam kedaulatan wilyah Turki Ustmani yang ingin mengembalikan
imperium Jengiskhan dan Hulagu. Sultan Bayazid menyadari bahaya ini, kemudian
ia mengadakan penjagaan ekstra ketat dan menaklukkan daerah-daerah yang
berbatasan dengan Asia Kecil yang dikuasai oleh para Amir.
Tahun
1400 perang awal terjadi di daerah Siwas dan pasukan Mongol unggul. Tahun 1402
perang antara Mongol dan Tentara Ustmani di jantung kota Abad, dalam perang ini
tentara Turki Ustmani mengalami kegagalan mempertahankan kota ankara karena
semangat tepur tentara Ustmani lemah disebabkan karena orang-orang Mongol telah
masuk agama Islam dan menurut tentara Ustman bertempur dengan sesama agama
tidak baik.
B. Kegemilangan Turki Utsmani
Penaklukan
Konstantinopel terjadi pada tahun 1453 M oleh tentara Utsmani masa pemerintahan
Sultan Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Penaklukan ke Konstantinopel terjadi
karena Kaisar Byzantium,Konstantin IX telah mengancam Sultan Muhammmad II
yaitu: “Bahwa bila mana Sultan Muhammad II tidak dapat melipatgandakan pajak
tahunan yang biasa diberikan ayahnya, Murad II, kepada pemerintah Byzantium
sebagai imbalan atas perlindungan Byzantium kepada pangeran Urkhan, cucu
Sulaiman, maka Byzantium tidak segan-segan akan menghasut dan membantu Urkhan
agar menuntut kursi kekhalifahan”. Dengan takluknya konstantinopel ke tangan
Turki Utsmani ini maka lenyaplah Imperium Byzantium.
Muhammad
II kemudian menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota kesultanan Turki dan mengubah
namanya menjadi Islambol (Istambul sekarang). ia memerintahkan untuk membangun
sebuah istana sebagai lambang kekuasaan islam disana. Istana ini kemudian
dikenal dengan Istana Topkapi. Muhammad II juga membangun Kapili carsi atau
Grand Bazar sebagai pasar terbesar dimasanya yang mampu menampung lebih
dari 4000 pedagang. Dalam bidang pendidikan, Sultan membangun delapan madrasah
yang mengajarkan pendidikan dasar sampai tingkat tinggi yang disebut Semaniyye.
Setelah
menaklukkan Konstantinopel, Turki Ustmani berhasil
menaklukkan Semenanjung Maura, Serbia, Albania, dan Italian, namun belum tidak
berhasil menduduki Italian karena ia wafat. Setelah Sultan Muhammad wafat, ia
berwasiat agar Jammun sebagai sultan penggantinya. Jammun adalah putranya yang
terkecil, pengangkatan Jammun ini mendapat tantangan dari Bayazid II putra
sulung. Yazid berhasil menggeser Jammun dan menjadikannya sultan.
Bayazid diakhir
pemerintahannya mengangkat Ahmad sebagai putra mahkota, tapi ditolak oleh
putranya yang kedua Salim. Salim berhasil naik tahta dengan meracuni ayahnya
hingga meninggal. Sultan Salim berambisi untuk melebarkan sayap kesultanannya
di Asia, tapi mendapat rintangan dari Mesir dan Syiria, sebelum menguasai
Persia.
Turki Utsmani
menyerang Mamalik di Marj Dabiq pada tahun 1516 M, dan pasukan Utsmani berhasil
memukul mundur pasukan tentara Mamalik Mesir. Sultan Mamalik mati terbunuh
dalam pertempuran tersebut. dengan demikian maka Syiria dapat ditaklukkan.
Peperangan dilanjutkan dengan sultan Mamalik yang baru, Thouman Bey. Perang ini
dikenal dengan nama Ar Ridaniyyah yang terjadi dipintu gerbang kota Kairo tahun 1517. Dalam
peperangan ini, pihak Utsmani mengalami kemenangan.
Masa Sultan
Sulaiman Al-Qanuni atau Sultan Sulaiman Agung, Turki Utsmani mencapai masa keemasannya.
Pada masa ini, wilayah imperium Turki Utsmani membentang meliputi wilayah yang
sangat luas, baik di Eropa maupun di Asia dan Afrika. Masa Sulaiman Al-Qanuni,
Belgrado dan Pulau Rhodes dapat diduduki, yakni dalam tahun 1522 M. Tahun 1526
M, Utsmani berhasil menduduki Buldafes (Hongaria).
Pada paruh kedua abad XVI gerakan
ekspansi Utsmani berhenti karena terjadi perebutan kekuasaan diantara para
putra Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Kemudian sesudah itu, Turki Utsmani menjadi
ajang penyerbuan pihak musuh dan pihak Turki henya bersifat defensif sampai
akhirnya dibuat tak berdaya menghadapi musuh. Sehingga berbagai wilayah
Imperium Turki Utsmani makin hari makin melepaskan ikatannya dengan Turki
Utsmani. Turki kemudian mendapat julukan the sickman of Europ.
C. Kebudayaan Turki Utsmani
Menurut Dr.
Phillip K. Hitty dalam bukunya History of Arab bahwa kebudayaan Turki Utsmani
merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dari
kebudayaan yang ada di Turki Utsmani yaitu bersumber dari kebudayaan Persia,
kondisi alam Asia Tengah yang membentuk kepribadian dan karakteristik mereka,
perpaduan dengan kebudayaan Byzantium, dan dari Bangsa Arab.
Sultan Utsmani
berkuasa secara mutlak (absolut) dan diktator. Seorang sultan biasanya
mempunyai beberapa gelar yang menunjukkan kekuatan atau kekuasaannya. Karena
sultan berkuasa secaca absolut, maka pertumpahan darah seakan sudah biasa. Tak
jarang terjadi perselisihan antara ayah dan anak atau sebaliknya karena urusan
tahta.
Putera mahkota
dan dalam sistem pemerintahan Turki Utsmani adalah putra sulung sulta. Keadaan
ini terus berlangsung sampai masa Ahmad I. Sejak saat itu putra tertua bukan
lagi putra sulung sultan melainkan keluarga yang tertua usianya atau yang
paling dekat tali kekerabatannya dengan kakek pertama. Hanya saja dalam
prakteknya yang menjadi sultan adalah yang terkuat diantara mereka.
Dalam roda
pemerintahannya, sultan dibantu oleh: Al Shadr Al Adham (perdana menteri),
Gubernur (Pasya) sebagai kepala daerah tingkat I, dan Bupati (Alsanazing atau
Al Alawiyyah). Ketiga jabatan ini diperoleh dengan memberi hadiah yang besar
kepada para pejabat yang berada diatasnya.
Luasnya wilayah
Imperium Utsmani, tentu memerlukan tenaga administrasi yang banyak pula. Bangsa
turki sendiri menjadi minoritas diwilayang yang begitu luas tersebut. karena
itu diperlukan bangsa lain untuk memduduki berbagai jabatan dalam administrasi
pemerintahan, mereka umumnya memilih orang Eropa.
Pola kebijakan
pemerintahan Turki Utsmani di bidang agraria mengikuti pola kebijakan
pemerintah Byzantium, dengan tetap memberlakukan Undang-Undang Agraria (Al
Nidlam Al Iqtha) warisan Byzantium.
Pada awalnya,
tentara Utsmani dari segi susunan organisasinya kurang rapi, maka dibentuklah
tentara dengan memilih dan melatih tentaranya dengan ketat. Tapi setelah mereka
ini bibentuk ternyata mereka lupa akan tugas mereka yang sebenarnya sebagai
tentara. Kemudian oleh Urkhan dibentuklah tentara dari orang-orang non Turki.
Penguasa Turki
cenderung mengambil orang-orang kristen yang telah berpengalaman dan telah
terbiasa dengan organisasi semacam ini. kemudian atas pertimbangan agama,
mereka kemudian mengambil anak orang Nasrani untuk dididik dan diarahkan agar
masuk Islam. mereka dilatih dengan keras. Dari mereka inilah terbentuk asal
pasukan Jenis-saries Inkisyariyyah (Tentara Baru).
Seni arsitektur
yang paling dianggap artistik adalah mesjid Aya Shopia di konstantinopel.
Mesjid yang awalnya gereja ini mejadi mesjid raya pasca penaklukan
konstantinopel oleh Muhammmad Al-Fatih. Seni arsitektur Usmani memang erat
kaitannya dengan keagamaan. Tidak ditemukan seni arsitektur seumapama seni
pembuatan jalan atau bendungan.
|
Constantine |
C. Kemunduran
Kerajaan Usmani
Setelah Sultan
Sulaiman Al-Qanini wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki fase
kemundurannya. Akan tetapi, sebagian sebuah kerajaan yang sangat besar dan
kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti
oleh Salim II (1566-1573 M). di mana pemerintahannya, terjadi pertempuran
antara armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan
laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta
yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto
(Yunani). Dalam pertempuran ini, Turki Usmani mengalami kekalahan yang
mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musu. Baru pada masa sultan
berikutnya, sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat di rebut kembali.
Walaupun sultan
Murad III (1574-1595 M) berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa
nafsunya, kerajaan Usmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai
Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabzir, ibukota Safawi,
menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia dan mengalahkan
gubernur Bosnia pada tahun 1593. Namun, kehidupan moral sultan yang jelek menyebabkan timbulnya kekecawan dalam
negri. Kekacawan ini makin menjadi
pengganti murid III, yang membunuh semua saudara laki – lakinya brjumlah
19 orang dan menenggelamkan janda –
janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi. Dalam situasi yang
kurang baik itu, Austria berhasil memukul krajaan usmani. Meskipun Sultan Ahmad
I (1603-1617M), pengganti Muhammad III, sempat bangkit untuk memperbaiki
situasi dalam negri, tetapi kejayaan kerajaan usmani di mata bangsa-bangsa
Eropa sudah mulai memudar. Sesudah sultan ahmad I (1603-1617M), situasi semakin
memburuk dengan naiknya Mustafa I (masa pemerintahannya yang pertama (1617-1618
M) dan kedua, (1622-1623 M). karena gejolak politik dalam negri tidak bisa di
atasinya, diganti oleh Usman II (1618-1622 M). namun, yang tersebut terakhir
ini juga tidak mampu memperbaiki keadaan. Dalam situasi demikian, bangsa persia
bangkit mengadakan perlawanan merebut
wilayahnya kembali. Kerajaan Usmani sendiri tidak mampu berbuat banyak dan
terpaksa melepaskan wilayah persia tersebut. Langkah-langkah perbaikan kerajaan
mulai di usahakan oleh Sultan Murad IV (1623-1640 M). Pertama-tama, ia mencoba menyusun dan
menertibkan pemerintahan. Pasukan Jenissari
yang perah menummbangkan Usman II dapat
dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum ia
berhasil menjernihkan situasi negara secara keseluruhan.
Situasi politik
yang sudah mulai membaiki itu kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim
(1640-1648 M), karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini,
orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir
orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekelahan itu
membawa Muhammad Koprulu (berasal dari kopru dekat Amasia di Asia Kecil) pada
kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana mentri) yang diberi
kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan mengkonsolidasikan
stabilitas keuangan negara. Setelah
koprulu meninggal (1661 M), jabatanya
dipegang oleh anaknya, Ibrahim. Ibrahim menyangka bahwa kekuatan meliternya
sudah pulih sama sekali. Karena
itu, ia menyerbu Horangia dan mengancam
vienna. Namun, perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu
secara berturut-turut . Pada mesa-masa selanjutnya, wilayah Turki Usmani yang
luas itu sedikit demi sedikit terlepas
dari kekuasaannya , direbut oleh negara-negara Eropa yang baru mulai membangun.
Pada tahun 1699 M, terjadi “perjanjian karlowith” yang memaksa sultan untuk
menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada
Hapsburg dan Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada
orang-orang Venetia. Pada tahun 1770 M, tentara Rusia mengalahkan armada
Kerajaan Usmani di sepanjang Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat
dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III tahun (1757-1774 M) yang segara
dapat mengkosolidasi kekuatannya.
Sultan Mustafa III
diganti oleh saudaranya, Sultan Abd Al-hamid (1774-1789 M), seorang yang lemah.
Tidak lama setelah naik tahta di Kutchuk Kinarja, ia mengadakan perjanjaian
yang dinamakan “perjanjian kinarja” dengan Carherine II dari Rusia. Isi
perjanjian itu antara lain : Kerajaan
Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam Keoada Rusia
yang memberi izin kepada armada rusian untuk melintasi selat yang menghubungkan
Laut Hitam dengan Laut Putih, dan Kerajaan
Usmani mengakui kemerdakaan Kirman (crimea).
Demikian proses
kemunduran yang terjadi di Kerajaan Usmani selama dua abad lebih setelah
ditinggal Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai paroh
pertama abad ke-19. Oleh karena itu, satu per satu negeri-negeri di Eropa yang
pertama di kuasai Kerajaan ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di
Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan
Kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit
memberontak. Di Mesir, kelemahan-kelemahan Kerajaan Usmani membuat Mamalik
bangkit kembali. Di bawah kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M, Mamalik
kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari perancis
tahun 1798 M. Di Libanon dan Syria, Fakhr Al-Din, seorang pemimpin Druze,
berhasil menguasai Palestina dan Pada Tahun 1610 M, merampas Ba’albak dan
mengancap Damaskus. Fakhr Al-Din baru menyerah tahun 1635 M. di Persia,
Kerajaan Safawi ketika masih jaya beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap
kerajaan Usmani dan beberapa Kali ia keluar sebagai pemenang. Sementara itu, di
Arabia bangkit kekuatan baru, Yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn
Abd Al-Wahhab yang di kenal dengan gerakan Wahhabiyah dengan penguasa lokal Ibn
Sa’ud. Mereka Berhasil Menguasai beberapa daerah di Kerajaan Usberkuasa di
Mesir, sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari perancis tahun 1798 M. Di
Libanon dan Syria, Fakhr Al-Din, seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai
Palestina dan Pada Tahun 1610 M, merampas Ba’albak dan mengancap Damaskus.
Fakhr Al-Din baru menyerah tahun 1635 M. di Persia, Kerajaan Safawi ketika
masih jaya beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap kerajaan Usmani dan
beberapa Kali ia keluar sebagai pemenang. Sementara itu, di Arabia bangkit
kekuatan baru, Yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abd Al-Wahhab
yang di kenal dengan gerakan Wahhabiyah dengan penguasa lokal Ibn Sa’ud. Mereka
Berhasil Menguasai beberapa daerah di jazirah Arab dan sekitarnya di awal Paroh
kedua abad ke-18M. Dengan demikian, pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di
Kerajaan Usmani ketika ia sedang mengalami kemunduran, bukan saja terjadi di
daerah-daerah yang tidak beragama Islam, tetapi juga di daerah-daerah yang
berpenduduk Muslim. Gerakan-gerakan seperti itu terus berlanjut dan bahkan
menjadi lebih keras pada masa-masa sesudahnya, yaitu pada abad ke-19 dan ke-20
M. di tambah dengan gerakan pembaharuan politik di pusat pemerintahan, Kerajaan
Usmani berakhir dengan berdirinya kerajaan Republik Turki pada tahun 1924 M.
Banyak faktor
yang menyebabkan kerajaan usmani mengalami kemunduran, di antaranya adalah :
1. Wilayah kekuasaannya yang sangat luas
2.
Heterogenitas
Penduduk
3.
Kelemahan para
penguasa
4.
Budaya Pungli
5.
Pemberontakan
tentara Jenissari
6.
Merosotnya
Ekonomi
7. Terjadinya Stagnasi dalam lapangan Ilmu
dan Teknologi
DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K.. 2008. History
of The Arabs. Terjemahan R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta. 2008
Noor, Yusliani. 2010. Timur Tengah (Asia
Barat Daya) Dalam Panggung Sejarah. Banjarmasin: tanpa penerbit
Siauw, Felix Y.. 2013. Muhammad Al-Fatih
1453. Jakarta: AlFatih Press
Usmani, Ahmad Rofi’. 2011. Dari Istana
Topkapi Hingga Eksotisme Mesjid Al-Azhar. Bandung: Mizania